finnews.id – Suasana perayaan di kota pelabuhan Sydney, Australia, yang memproklamirkan diri sebagai “ibu kota Tahun Baru dunia”, terasa muram.
Penyebabnya, dua pekan lalu seorang ayah dan anak diduga melepaskan tembakan di sebuah festival Yahudi di Pantai Bondi. Penembakan ini menewaskan 15 orang dan jadi penembakan massal paling mematikan di negara itu selama hampir 30 tahun.
Pesta-pesta perayaan tahun baru pun berhenti sejenak untuk mengheningkan cipta pada pukul 11 malam, saat Jembatan Pelabuhan Sydney yang terkenal disinari cahaya putih untuk melambangkan perdamaian.
“Saat ini, kegembiraan yang biasanya kita rasakan di awal tahun baru diimbangi oleh kesedihan tahun yang lama,” kata Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese dalam sebuah pesan video.
Ratusan ribu penonton memadati tepi pantai Sydney, dengan sembilan ton kembang api dinyalakan mulai tengah malam.
Warga dan wisatawan berkumpul di pelabuhan kota dan perahu-perahu berjejer di perairan untuk mengamankan tempat terbaik guna menonton di dekat Gedung Opera Sydney.
“Pertunjukan kembang api selalu ada dalam daftar keinginan saya dan saya sangat senang berada di sini,” kata Susana Suisuikli, seorang wisatawan Inggris.
Keamanan lebih ketat dari biasanya, dengan pasukan polisi bersenjata lengkap berpatroli di antara kerumunan.
Negara-negara Pasifik, termasuk Kiribati dan Selandia Baru adalah yang pertama merayakan tahun baru. Mereka memulai rangkaian perayaan yang membentang dari New York yang gemerlap hingga festival Hogmanay di jalan-jalan dingin Skotlandia.