finnews.id – Tragedi olahraga udara mengguncang kawasan wisata Pangandaran, Jawa Barat. Dua atlet terjun payung dilaporkan tewas setelah mengalami kecelakaan saat melakukan lompatan di atas Perairan Laut Bojongsalawe, Desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Selasa (30/12) siang.
Polres Pangandaran memastikan kedua korban meninggal dunia akibat tenggelam setelah jatuh ke laut.
Kapolres Pangandaran AKBP Andri Kurniawan mengungkapkan, korban pertama adalah Rusli (64), kelahiran Medan, 7 Oktober 1961. Korban kedua, Widiasih (58), kelahiran Bandung, 27 Juni 1967, warga Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, kedua korban dinyatakan meninggal dunia akibat tenggelam,” ujar AKBP Andri.
Angin Berubah Arah
Insiden bermula saat pesawat latih Cessna 185 PK-SRC milik Fly School Ganesha lepas landas dari Bandara Nusawiru sekitar pukul 10.15 WIB dengan membawa lima atlet terjun payung.
Namun, pada ketinggian sekitar 10.000 kaki, kondisi cuaca tiba-tiba berubah. Arah angin bergeser secara signifikan, menyebabkan para penerjun kehilangan kendali sekaligus melenceng dari titik pendaratan yang telah direncanakan.
Akibatnya, tiga atlet berhasil melakukan pendaratan darurat di Pantai Bojongsalawe dalam kondisi selamat, sementara dua lainnya terjatuh ke perairan laut.
Setelah menerima laporan sekitar pukul 11.00 WIB, tim gabungan Basarnas, Polairud, TNI, tenaga medis, dan instansi terkait langsung dikerahkan ke lokasi.
Korban pertama, Rusli, berhasil ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara Widiasih sempat dinyatakan hilang sebelum akhirnya ditemukan tak bernyawa setelah dilakukan pencarian intensif.
Polres Pangandaran langsung melakukan serangkaian langkah penanganan, mulai dari olah tempat kejadian perkara (TKP), evakuasi korban, hingga koordinasi lintas instansi.
Kapolres menegaskan, seluruh kegiatan terjun payung dihentikan sementara hingga waktu yang belum ditentukan. Ia juga mengungkapkan bahwa kegiatan Kejuaraan Daerah (Kejurda) Jawa Barat tersebut tidak diberitahukan sebelumnya kepada pihak kepolisian.
Menutup pernyataannya, AKBP Andri mengingatkan seluruh pihak penyelenggara olahraga ekstrem maupun wisata udara agar wajib berkoordinasi dengan aparat keamanan, memperhatikan standar keselamatan, serta memantau kondisi cuaca secara ketat.
“Koordinasi dan aspek keselamatan harus menjadi prioritas utama agar kejadian serupa tidak terulang,” tegasnya.