finnews.id – Pengaruh G-Dragon di dunia hiburan ternyata bukan cuma berhenti di panggung konser, MV penuh estetika, atau kultur fashion yang dia ciptakan. Kini, karier dan dampak budaya sang ikon K-pop itu bakal dibedah serius di ruang kelas, tepatnya di University of Southern California (USC), Los Angeles.
Menurut laporan The Korea Times, Galaxy Corporation, agensi yang saat ini menaungi G-Dragon, mengumumkan bahwa USC bakal mulai membuka mata kuliah khusus tentang G-Dragon pada musim semi 2026. Momen ini dianggap cukup simbolis, karena bertepatan dengan perayaan 20 tahun debutnya di industri musik.
“Memperkenalkan mata kuliah tentang G-Dragon di institusi bergengsi seperti USC, terutama saat dia menandai ulang tahun ke-20 debutnya, sangatlah bermakna. Kami percaya ini akan semakin menegaskan kedalaman artistik dan pengaruh global K-pop,” kata Galaxy Corporation.
Nama mata kuliahnya cukup provokatif: “Crooked Studies of K-pop: The Case of G-Dragon.” Kelas ini akan diajar oleh Hye Jin Lee, profesor dari USC Annenberg School for Communication and Journalism yang memang dikenal membahas budaya pop Asia di lingkup akademik.
Dengan hadirnya kelas ini, G-Dragon masuk ke daftar eksklusif figur pop global yang dibedah di universitas top dunia. Sebelumnya, Beyoncé pernah jadi materi kelas di Yale, sementara Taylor Swift diangkat sebagai studi kasus di Harvard. Sekarang, giliran Kwon Ji-yong yang masuk kurikulum kampus elite Amerika.
Kalau ngomongin pengaruh budaya, masuk akal kenapa akademisi tertarik menganalisis GD. Dia debut pada 2006 sebagai member BIGBANG, grup yang secara luas dianggap mengubah arah K-pop. Lagu-lagu seperti Lies, Haru Haru, Tonight, sampai Bang Bang Bang bukan cuma jadi hit, tapi membentuk standar baru industri, dan banyak di antaranya ditulis atau diproduksi sendiri oleh G-Dragon.
Pada 2009, dia muncul sebagai solois lewat album Heartbreaker, dan proyek terbarunya Übermensch melanjutkan tradisi GD dalam mendorong batas musik dan estetika pop Korea. Selain musik, perannya dalam mode, visual culture, dan cara fandom global terbentuk ikut berkontribusi pada berkembangnya “gaya K-pop” yang sekarang mendominasi internet.