finnews.id – Makan bareng sering dianggap lebih nikmat dibanding makan sendirian. Sensasi itu sering dirasakan banyak orang, meskipun makanan yang disantap sebenarnya biasa saja. Fenomena ini dianggap menarik karena rasa nikmatnya tidak hanya dipengaruhi oleh makanan, tetapi juga oleh suasana, kebersamaan, dan emosi yang muncul saat aktivitas makan dilakukan bersama.
Kebiasaan Sosial yang Sudah Dibentuk Sejak Lama
Dalam sejarah manusia, makan bareng sudah dilakukan sejak nenek moyang hidup dalam kelompok. Kebiasaan itu terus diwariskan dan akhirnya dianggap sebagai hal normal dalam kehidupan sosial. Saat seseorang makan bersama kelompok, tubuh biasanya dibuat lebih tenang karena otak merasa lingkungan aman.
Interaksi ringan, tawa, dan cerita juga biasanya dibagikan. Karena kondisi hati dibuat nyaman, makanan terasa lebih mudah dinikmati.
Hormon Berperan dalam Pengalaman Makan
Pelepasan hormon bahagia juga dipercaya memengaruhi rasa nikmat saat makan bareng. Oksitosin dan dopamin biasanya dilepas saat seseorang berada dalam suasana hangat atau penuh kedekatan emosional. Ketika hormon itu diproduksi tubuh, indera perasa diaktifkan dengan lebih kuat.
Dengan kondisi itu, makanan sederhana bisa dirasakan lebih lezat daripada saat makan sendirian.
Nilai Budaya yang Dibangun dalam Aktivitas Makan
Dalam banyak budaya, makan bareng dianggap lebih dari sekadar mengisi perut. Momen makan sering dipakai untuk menunjukkan kasih sayang, penghormatan, atau kebersamaan. Ketika makanan dibagikan, rasa diterima dan dihargai juga ikut diberikan kepada orang yang berada di meja makan.
Karena itu, perasaan hangat dan terhubung sering muncul saat makan dilakukan bersama keluarga atau teman.
Suasana Juga Mengubah Persepsi Rasa
Lingkungan tempat makan berada juga dapat memengaruhi pengalaman rasa. Musik pelan, cahaya hangat, aroma masakan, hingga cara penyajian makanan dapat membuat suasana lebih menyenangkan. Ketika suasana dibuat nyaman, makanan juga lebih mudah dinikmati.
Sebaliknya, saat makan dilakukan sendirian di tempat yang terburu-buru atau bising, rasa makanan bisa terasa berbeda meskipun menunya sama.