finnews.id – Agak Laen kembali dalam film komedi terbarunya yang berjudul Agak Laen: Menyala Pantiku. Film ini melanjutkan kisah kacau empat kuartet komika Boris, Bene, Jegel, dan Oki.
Dalam Agak Laen: Menyala Pantiku, demi menyelamatkan karier sebagai detektif kepolisian, keempat kuartet komika tersebut menjadi detektif dan menjalankan misi menyamar di sebuah panti jompo.
Berikut Sinopsis Agak Laen: Menyala Pantiku
Boris, Bene, Jegel, dan Oki adalah empat detektif kepolisian yang reputasinya jauh dari kata cemerlang, karena hampir setiap penyelidikan yang mereka tangani berakhir dengan kekacauan.
Untuk menghindari pemecatan, keempatnya harus menerima misi memburu pembunuh anak wali kota yang diduga bersembunyi di sebuah panti jompo dengan cara menyamar.
Dipaksa bergerak dengan strategi yang berbeda, Bene dan Jegel menyamar sebagai perawat. Sementara itu, Boris dan Oki mengambil penyamaran yang lebih tak terduga.
Dipaksa bergerak dengan strategi yang berbeda, Bene dan Jegel menyamar sebagai perawat. Sementara itu, Boris dan Oki mengambil penyamaran yang lebih tak terduga.
Namun di balik misi rahasia ini, mereka juga harus menghadapi beban hidup pribadi masing-masing.
Boris berjuang menghadapi perpisahan pahit, Oki mati-matian mencari penghasilan demi anak pertamanya, Bene tercekik biaya kuliah adiknya, dan Jegel menanggung hidup ibunya di kampung.
Penyamaran di panti jompo tersebut menghadapi berbagai rintangan tak terduga, yang justru memicu kekacauan yang kocak, menegangkan, sekaligus emosional.
Film Agak Laen: Menyala Pantiku masih disutradarai oleh Muhadkly Acho dan diproduseri oleh Ernest Prakasa bersama Dipa Andika. Sama seperti film pertama, Agak Laen: Menyala Pantiku juga ditulis oleh Acho.
Muhadkly Acho mengatakan keputusan untuk mengambil latar baru untuk saga Agak Laen adalah karena ingin memberikan citra atau gambaran baru kepada griya lansia yang kerap diberikan tone kelam dalam banyak proyek tontonan.
“Panti jompo menurut kami kayaknya belum pernah ada deh film komedi yang menggunakan main setting itu. Biasanya panti jompo selalu dipotret sebagai tempat yang menyeramkan, kelam, dan gloomy,” kata Acho di Jakarta, Kamis (20/11).