finnews.id – Masakan dalam panci besar dan dipanaskan dengan api kayu, berjajar panjang di halaman. Para juru masak menambahkan tomat kaleng dan paprika, serta menaburkan rempah-rempah dengan tangan terampil. Apa yang mereka siapkan bukan sekadar makan siang, tetapi garis hidup bagi ribuan orang.
American Near East Refugee Aid (Anera) membuka dapur komunitas di al-Zawayda, Gaza Tengah, enam minggu setelah gencatan senjata. Organisasi kemanusiaan asal AS ini juga menjalankan dapur serupa di al-Mawasi, Gaza Selatan. Dua bulan lalu, saat blokade Israel mencegah masuknya bahan makanan dan barang lainnya, stok hampir habis. Kini, dengan lebih banyak makanan diperbolehkan masuk, situasi membaik meski tetap rapuh.
Jumlah Makanan Meningkat, Tapi Kebutuhan Tetap Tinggi
Sami Matar, pimpinan tim Anera di dapur komunitas al-Zuwayda, mengatakan setiap hari mereka menyediakan lebih dari 20.000 porsi makanan panas. “Dulu kami hanya menggunakan 15 panci, sekarang bisa sampai 120 panci per hari, menargetkan lebih dari 30 kamp pengungsi internal,” jelasnya. Jumlah keluarga yang mereka layani meningkat dari 900 keluarga enam bulan lalu menjadi lebih dari 4.000 keluarga sekarang.
Meskipun bantuan mulai masuk, krisis pangan Gaza tetap nyata. Anera dan mitranya, World Central Kitchen, berupaya memasok lebih banyak bahan makanan, tetapi protein esensial seperti daging dan ayam jarang tersedia untuk distribusi kemanusiaan. Menu yang disajikan terbatas: nasi, pasta, dan lentil, dengan tambahan sayuran kaleng untuk meningkatkan rasa dan gizi.
Dampak pada Keluarga dan Anak-anak
Setiap porsi makanan yang disiapkan membawa harapan bagi anak-anak yang duduk di tanah sambil menikmati spaghetti bercampur sayur dan rempah. Senyum mereka menjadi saksi bahwa dapur komunitas tetap menjadi penopang hidup. Namun, masalah gizi dan variasi makanan tetap ada. “Kami perlu makanan lebih beragam untuk menyediakan protein penting. Tanpa itu, krisis pangan Gaza tidak akan selesai,” kata Matar.
Aida Salha, ibu enam anak yang tinggal di tenda pinjaman, mengungkapkan kehidupannya: “Kami hidup dari dapur komunitas, mendapatkan makanan, air, dan roti yang hanya tersedia seminggu sekali atau bahkan lebih jarang.” Kehilangan rumah akibat perang membuat keluarga seperti Aida bergantung sepenuhnya pada bantuan.
- anak Gaza
- Anera Gaza; long tail keywords: kondisi pangan Gaza 2025
- bantuan internasional untuk Gaza
- bantuan makanan Gaza
- dampak perang terhadap gizi Gaza
- dapur komunitas Gaza
- dapur komunitas membantu keluarga Gaza
- distribusi makanan
- harga makanan di Gaza setelah gencatan senjata
- Headline
- jumlah makanan harian di Gaza
- kehidupan pengungsi di Gaza
- kelaparan anak-anak Gaza
- krisis Gaza
- malnutrisi Gaza
- pangan Gaza
- perang Gaza
- protein terbatas di Gaza
- UN WFP Gaza
- UN WFP melaporkan satu kali makan sehari