finnews.id – Konflik yang berkepanjangan terus menciptakan dampak besar pada keamanan global, dan negosiasi perang Ukraina kembali memasuki fase baru setelah Donald Trump memberikan batas waktu kepada Kyiv untuk menerima rencana perdamaian 28 poin.
Langkah dramatis ini terjadi pada momen yang sangat sensitif karena banyak pemimpin global menilai waktu semakin sempit, sedangkan kondisi di garis depan tetap panas. Walaupun para diplomat mulai bergerak menuju Jenewa, atmosfer perundingan terasa tegang dan penuh kalkulasi geopolitik.
Reaksi Awal Dari Para Pemimpin Dunia
Reaksi internasional terhadap batas waktu baru ini sangat beragam. Trump menegaskan bahwa batas waktu bukan ancaman, melainkan mekanisme agar proses berjalan lebih cepat. Namun, banyak analis menilai pendekatan tersebut terasa agresif karena Ukraina berada dalam tekanan militer dan diplomatik.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa rencana tersebut mungkin bisa menjadi dasar penyelesaian. Meskipun begitu, banyak pemimpin Eropa tetap berhati-hati karena mereka menilai proposal tersebut memberi keuntungan besar kepada Moskow.
Selain itu, para pemimpin G20 yang berkumpul di Johannesburg menyampaikan pernyataan bersama. Mereka menekankan pentingnya menjaga prinsip bahwa batas teritorial sebuah bangsa tidak boleh berubah melalui kekuatan militer.
Karena itu, konten rencana perdamaian menjadi bahan perdebatan intens, terutama pada bagian pembatasan kapasitas militer Ukraina. Banyak negara Eropa khawatir pembatasan ini menciptakan risiko serangan ulang di masa depan.
Isi Proposal 28 Poin dan Kontroversinya
Selanjutnya, rencana perdamaian berisi keputusan strategis terkait wilayah yang saat ini menjadi garis pertempuran. Proposal itu meminta Ukraina menarik pasukan dari bagian timur Donetsk yang masih mereka kuasai. Selain itu, rencana itu mengakui kontrol Rusia atas Luhansk dan Krimea yang sudah jatuh sejak 2014.
Sementara, bagian wilayah Kherson dan Zaporizhzhia akan tetap berada pada status beku sesuai garis pertempuran saat ini. Selain poin teritorial, dokumen itu membatasi personel militer Ukraina hingga maksimal 600.000 pasukan serta penyebaran jet tempur Eropa di Polandia sebagai mekanisme pertahanan tidak langsung.
Walaupun blueprint terlihat terstruktur, banyak diplomat menilai isi rencana memberi ruang besar bagi Rusia untuk mempertahankan keuntungan teritorial. Di sisi lain, Ukraina belum menyatakan dukungan ataupun penolakan resmi, karena proses konsultasi berlangsung antara Kyiv dan negara pendukungnya termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Jepang.