finnews.id – Fakta kondisi Kesehatan mental warga Jakarta diungkap Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Menurut Kemenkes, penduduk berusia di atas 15 tahun yang mengalami depresi di Jakarta sebanyak 1,5 persen atau di atas rata-rata nasional.
Sementara provinsi Jawa Barat tercatat memiliki prevalensi penduduk dengan angka masalah kesehatan jiwa paling tinggi, yakni 4,4 persen atau di atas rata-rata nasional yakni 2 persen.
“Terkait data gangguan depresi, rata-rata nasional 1,4 persen, DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 1,5 persen,” kata Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, Yunita Arihandayani, Jumat, 21 November 2025, dikutip Antara.
Adapun masalah kesehatan jiwa pada usia di atas 15 tahun masuk ke dalam peringkat kedua dari 10 penyakit tertinggi.
“Secara nasional rata-ratanya 2 persen. DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 2,2 persen,” kata Yunita yang menambahkan bahwa angka itu merujuk Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.
Dia mengatakan, hanya sedikit orang yang mengalami masalah kesehatan jiwa, baik depresi maupun kecemasan mencari pengobatan.
Hanya 0,7 persen orang dengan gangguan cemas mencari pengobatan, sementara untuk pasien depresi jumlahnya 12,7 persen.
Pemahaman Soal Gejala Depresi Masih Minim
Menurut Yunita, kurangnya kesadaran bahwa dirinya mengalami gejala depresi atau cemas menjadi penyebab mereka tak mengakses pengobatan. Selain itu, masih ada stigma di masyarakat terkait masalah kesehatan jiwa.
Seseorang tidak mencari pengobatan ke ahlinya, seperti psikolog atau psikiater takut dibilang ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). “Misalnya, sering dibilang orang yang sedih terus, orang yang enggak punya semangat, dibilang kurang kuat iman,” kata dia.
Sementara itu, orang dengan gejala depresi dan kecemasan harus segera mencari pengobatan agar kondisinya tak semakin parah. “Ketika tidak mencari pengobatan, dibiarkan depresi, ringan awalnya kemudian menjadi semakin parah,” kata dia.