finnews.id – KTT Iklim PBB ke-30 atau COP30 di Belem, Brazil, mendadak rusuh ketika demonstran menembus garis keamanan dan memasuki area konferensi. Kejadian ini menegaskan betapa sengitnya aksi protes di COP30.
Insiden ini terjadi di tengah delegasi dari hampir 200 negara, termasuk politisi senior dunia.
Akibatnya, staf keamanan PBB berlari mengejar demonstran di belakang barisan tentara Brasil sambil meminta para delegasi segera meninggalkan area.
Selain itu, video yang beredar di media sosial menunjukkan demonstran membawa poster dan menembus pintu masuk COP30.
Demonstran dan Motif Aksi
Pemerintah Brasil menyatakan bahwa para demonstran berasal dari kelompok adat dan kelompok politik.
Mereka menyoroti kerusakan lingkungan, terutama deforestasi di Amazon.
Dengan demikian, aksi protes di COP30 menjadi bentuk perlawanan nyata terhadap kerusakan hutan hujan yang terus terjadi di kawasan tersebut.
UN menjelaskan bahwa setelah menembus penghalang pertama, para demonstran berhasil dicegah agar tidak masuk lebih dalam.
Namun, seorang petugas keamanan kepada Reuters mengaku terkena pukulan drum yang dilempar demonstran.
Insiden ini memperlihatkan betapa tinggi tensi dalam aksi protes di COP30 kali ini.
Dampak Aksi Protes terhadap Agenda Iklim
COP30 berlangsung di tepi hutan hujan Amazon, rumah bagi puluhan kelompok adat.
Banyak di antara mereka vokal menentang kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim dan deforestasi.
Oleh karena itu, aksi ini menekan para delegasi agar mengambil langkah nyata dalam perlindungan hutan serta penghormatan terhadap hak masyarakat adat.
Pertemuan ini juga menjadi ajang penting bagi pemimpin dunia untuk membahas strategi mitigasi perubahan iklim.
Selain itu, kerusuhan akibat aksi protes di COP30 menimbulkan tantangan baru bagi penyelenggara dalam menjaga keamanan serta memastikan jalannya diskusi tetap kondusif.
Reaksi Global dan Harapan Baru
Media internasional menyoroti insiden ini sebagai bukti meningkatnya tekanan publik terhadap perlindungan lingkungan.
Aksi protes di COP30 bukan sekadar kehadiran demonstran, melainkan simbol tuntutan masyarakat adat dan kelompok lingkungan agar suara mereka didengar.
Dengan begitu, banyak pengamat berharap peristiwa ini menjadi momentum bagi dunia untuk menegaskan kembali komitmen terhadap perlindungan hutan Amazon dan lingkungan global.
Referensi: BBC, Reuters