finnews.id – Fenomena pergerakan cepat Hektoria Glacier di Antartika sedang jadi sorotan dunia sains. Dalam waktu hanya dua bulan pada akhir 2022, gletser ini mundur sejauh delapan kilometer. Skala perubahan ini mengejutkan para peneliti dan menimbulkan pertanyaan besar: apakah Antartika sedang kehilangan es lebih cepat dari yang pernah diperkirakan?
Misteri di Balik Mundurnya Hektoria Glacier
Hektoria Glacier, yang terletak di Semenanjung Antartika, sempat stabil selama bertahun-tahun setelah runtuhnya lapisan es Larsen B pada 2002. Namun, pada awal 2022, lapisan es laut yang membantu menahan tekanan gletser tiba-tiba pecah. Dalam waktu singkat, bongkahan besar es mulai terlepas dan hanyut ke laut.
Penelitian yang diterbitkan di Nature Geoscience menunjukkan bahwa mundurnya Hektoria Glacier bukan hanya karena es laut retak. Para peneliti menemukan indikasi bahwa bagian depan gletser itu sempat “menyentuh dasar laut”, bukan mengapung seperti rak es pada umumnya. Ketika tekanan air laut di bawahnya meningkat, bagian depan gletser terangkat dan pecah secara cepat, menyebabkan kemunduran yang luar biasa.
Naomi Ochwat dari University of Innsbruck menyebut fenomena ini mungkin menjadi contoh pertama dari proses “destabilisasi cepat” pada gletser yang masih menempel di dasar laut. “Biasanya gletser tidak mundur secepat ini,” ujarnya, menekankan betapa tidak lazimnya peristiwa tersebut di era modern.
Efek Domino dari Kutub Selatan
Peristiwa di Hektoria Glacier dianggap sebagai peringatan dini bagi kawasan lain di Antartika. Jika mekanisme serupa terjadi pada gletser besar seperti Thwaites Glacier—yang dikenal sebagai doomsday glacier—dampaknya bisa jauh lebih luas. Thwaites menyimpan cukup banyak es untuk menaikkan permukaan laut global hingga 65 sentimeter jika seluruhnya runtuh ke laut.
Proses cepat ini menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan sistem es di kutub selatan. Begitu lapisan penahan di laut hilang, kecepatan aliran es meningkat dan mempercepat kehilangan massa gletser. Walau tidak “mencair” dalam arti leleh karena suhu tinggi, perubahan ini tetap menjadi bukti kuat bahwa pemanasan global memengaruhi kestabilan lapisan es Antartika.