finnews.id – Jepang membuat sejarah. Selasa (21 Oktober 2025), negeri itu resmi memilih perdana menteri (PM) perempuan pertama.
Sanae Takaichi memenangkan pemungutan suara parlemen Jepang, meraih 237 suara dalam putaran pertama pemungutan suara. Hal ini membuat tidak perlu ada pemungutan suara putaran kedua di Majelis Rendah yang beranggotakan 465 orang.
Menurut lembaga penyiaran publik NHK, kemenangannya diraih setelah Partai Demokrat Liberal yang berkuasa beraliansi dengan Partai Inovasi Jepang (JIP). Keduanya dilaporkan menandatangani kesepakatan pada akhir pekan untuk membentuk pemerintahan koalisi.
Takaichi, sebagaimana dikutip finnews dari Reuters setuju untuk mendukung kebijakan-kebijakan JIP seperti pengurangan kursi parlemen, pendidikan SMA gratis. Ini termasuk penangguhan pajak konsumsi pangan selama dua tahun.
Pasar saham domestik menyambut baik kemenangannya. Namun ia masih harus bertemu Raja Jepang secara formal setelahnya.
Siapa Takaichi?
Wanita berusia 64 tahun ini dikenal sebagai seorang politisi veteran dengan pandangan konservatif yang kuat. Takaichi sering kali menyamakan dirinya dengan mantan PM Inggris, Margaret Thatcher, dan merupakan anak didik dari mendiang PM Shinzo Abe, seorang tokoh yang sangat dihormatinya.Pandangan politiknya yang tanpa kompromi dan seringkali kontroversial telah membentuk citranya di kancah politik domestik maupun internasional. “Tujuan saya adalah menjadi Wanita Besi,” katanya kepada sekelompok anak sekolah selama kampanye terbarunya dikutip BBC News. Masa mudanya diwarnai dengan minat pada musik heavy metal. Di mana ia menjadi seorang drummer, dan kegemarannya mengendarai sepeda motor. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Kobe, Takaichi mendapatkan pengalaman politik pertamanya di Amerika Serikat (AS) sebagai staf magang untuk mantan anggota Kongres Patricia Schroeder.
Pengalaman ini membentuk pandangan awalnya tentang dunia politik sebelum ia kembali ke Jepang. Ia kemudian pertama kali terpilih menjadi anggota Parlemen pada tahun 1993. Kariernya menanjak seiring kedekatannya dengan Shinzo Abe pada tahun 2000-an.