finnews.id – Ruben Amorim datang ke Manchester United dengan reputasi sebagai pelatih muda yang berani. Ia membawa semangat baru dan sistem tiga bek yang selama ini sukses di Sporting CP. Namun setelah hampir setahun bekerja di Old Trafford, banyak yang mulai bertanya-tanya: mengapa formasi Manchester United saat ini belum menunjukkan hasil sesuai harapan?
Ekspektasi tinggi muncul sejak awal karena Amorim dikenal dengan gaya permainan progresif dan disiplin taktik. Tapi Premier League punya tantangan berbeda. Kecepatan, intensitas, dan tekanan tinggi dari publik membuat rencana Amorim tak berjalan semulus yang ia bayangkan.
Filosofi Sepak Bola Ruben Amorim
Ruben Amorim percaya kemenangan lahir dari pemahaman ruang dan pergerakan. Dalam sistem 3-4-2-1, ia menuntut setiap pemain memahami kapan harus menekan, menjaga jarak, atau membuka ruang bagi rekan setim. Tiga bek menjadi titik awal serangan, dua wing-back menjaga lebar lapangan, dan dua gelandang serang mendukung penyerang tunggal di depan.
Filosofi ini bekerja di Portugal karena pemain Sporting terbiasa bermain terstruktur. Namun di Inggris, kondisi berbeda. BBC Sport mencatat bahwa United kerap kehilangan bentuk permainan saat lawan menekan cepat. Banyak pemain tampak bingung kapan harus bertahan atau membangun serangan. Situasi ini menunjukkan adaptasi mereka terhadap sistem baru belum sempurna.
Karakter Pemain yang Belum Selaras
Masalah utama Amorim bukan pada taktiknya, melainkan pada karakter skuad yang ia miliki. Manchester United sudah lama terbiasa memakai empat bek. Peran wing-back yang harus menyerang dan bertahan dalam waktu bersamaan masih terasa asing bagi sebagian pemain.
Luke Shaw dan Diogo Dalot sering berusaha menyesuaikan diri, tapi belum konsisten menjaga jarak antarlini. Saat mereka naik terlalu tinggi, ruang di belakang terbuka dan lawan dengan mudah memanfaatkannya. Di tengah, duet Casemiro dan Mainoo masih mencari keseimbangan antara menekan dan menutup celah.
Kondisi serupa juga terlihat di lini depan. Marcus Rashford, Garnacho, dan Højlund belum sinkron dalam pergerakan. Dua gelandang serang di belakang striker tunggal sering saling menumpuk posisi, sehingga aliran bola ke depan menjadi tersendat.