finnews.id – Jika kamu pecinta kisah mistis dan legenda horor lokal, maka cerita horor Poppo Makassar 1956 wajib masuk daftar bacaanmu.
Di Sulawesi Selatan, nama Poppo bukan sekadar cerita pengantar tidur, melainkan legenda nyata yang pernah membuat satu kampung dihantui ketakutan selama berbulan-bulan.
Bahkan, sampai saat ini, kisahnya masih diceritakan turun-temurun sebagai bagian dari budaya lisan Makassar yang penuh misteri.
Poppo dikenal sebagai makhluk mistis dalam kepercayaan masyarakat Bugis-Makassar. Ia digambarkan sebagai perempuan jadi-jadian, yang dapat memisahkan tubuh dan kepala, lalu terbang di malam hari untuk menghisap darah bayi atau orang sakit.
Cerita horor Poppo Makassar tahun 1956 menjadi salah satu yang paling terkenal karena diyakini benar-benar terjadi di sebuah desa kecil di pinggiran kota Makassar.
Pada tahun 1956, suasana mencekam menyelimuti sebuah perkampungan di Makassar setelah serangkaian kejadian aneh dan mengerikan menimpa warga.
Hewan ternak ditemukan mati dengan kondisi mengerikan, bayi mendadak meninggal tanpa sebab jelas, dan banyak warga mengaku melihat sosok kepala terbang dengan rambut panjang dan api biru menyala di malam hari.
Inilah titik awal di mana mitos Poppo menjadi teror nyata yang meresahkan.
Ketakutan yang Menjadi Nyata
Warga setempat percaya bahwa seorang perempuan tua yang tinggal di pinggir hutan adalah Poppo. Perempuan itu dikenal tertutup, jarang berinteraksi dengan warga, dan sering terlihat keluar rumah menjelang tengah malam. Saat kejadian-kejadian aneh makin sering terjadi, kecurigaan warga pun meningkat.
Klimaks dari cerita horor Poppo Makassar 1956 terjadi ketika seorang warga mengaku melihat langsung kepala yang melayang dari atap rumah.
Kepalanya terbang, disertai suara gemuruh dan cahaya merah. Warga yang menyaksikannya pun jatuh sakit selama berminggu-minggu. Sejak saat itu, warga mulai melakukan ronda malam dan ritual tolak bala secara kolektif.
Berbagai ritual adat Bugis pun dilakukan. Dukun kampung dipanggil, mantra-mantra dibacakan, dan berbagai sesajen dipersembahkan. Bahkan, beberapa rumah sampai menaruh duri dan kaca di atap, karena diyakini bisa menghalangi Poppo untuk mendarat.