Catatan Dahlan Iskan

Tas Lebaran

Bagikan
Foto bersama cucu di depan tambak yang ada di kompleks PLTU di Lombok Timur.--
Bagikan

Oleh: Dahlan Iskan

Suara takbir dari kampung sebelah itu terdengar sayup.

Ini Lombok Timur. Hujan menggutus di malam lebaran. Sudah lama. Sejak lepas tengah hari. Sejak saya merapat di dermaga Kayangan –baru tiba dari Pulau Moyo.

Pun sampai menjelang berbuka puasa, hujan belum berhenti. Lombok Timur sangat basah. Azan magrib terasa lebih lambat datang. Penantian saat berbuka terasa lebih lama.

Ikan bakar di atas panggangan itu terasa mengejek kami yang sudah lama menanti. Ejekannya terasa kejam. Ikan itu terlalu besar. Mulutnya menganga –bisa dimasuki bola tenis. Aroma bakarnya kian membuat perut melilit: ikan kerapu. Belum pernah melihat kerapu sebesar ini. Kerapu segar. Seberat 12 kg.

“Dari mana kerapu raksasa ini,” tanya saya.

“Dari situ,” jawabnya sambil menunjuk laut di sebelah tempat saya menginap ini. “Tadi mancing di sana,” tambahnya.

Hari pertama tiba di Lombok Timur kami berbuka dengan udang hasil menjala sendiri.

Keesokannya berbuka dengan sayur sepat khas Pulau Moyo. Makan sahur terakhir pun di Pulau Moyo. Lalu, di hari terakhir menjelang lebaran ini ganti menu kerapu di Lombok Timur.

Kerapu bakar. Kuluban daun pepaya. Sambal terasi campur tomat dan lemon cui. Dengan mrnu berbuka seperti ini rasanya puasa janganlah cepat berlalu. Nikmat yang mana lagi yang bisa dinanti.

Di malam lebaran ini takbir terasa jauh –sayup-sayup tercampur bunyi hujan di pepohonan kelapa. Sampai menjelang tengah malam pun hujan belum berhenti. Tapi idul fitri mestinya tetap jadi.

Bangun subuh hujan masih renyai-renyai. Saya ke teras. Menyalakan microfon mini. Joget olahraga pagi. Disaksikan mata ikan kerapu sisa di atas pemanggangan. Saat berbuka kemarin, 12 orang di keluarga kami ternyata tidak sanggup menghabiskan setengahnya.

Suara takbir pagi mulai terdengar. Ufuk timur mulai merona menguning. Rintik hujan total berhenti. Payung tidak jadi terpakai. Seragam baru melangkah di tanah basah: ke masjid desa sebelah.

Salat idulfitrinya ternyata sama: dua rakaat. Urutannya juga sama: kutbahnya setelah salat.

Bagikan
Artikel Terkait
Baju Gelap
Catatan Dahlan Iskan

Baju Gelap

Oleh: Dahlan Iskan Berkali-kali saya men-zoom foto itu; saya ingin melihat jenis...

pajak saeutikna
Catatan Dahlan Iskan

Pajak Saeutikna

Oleh: Dahlan Iskan   “Menkeu Sri Mulyani harus menonton video ini tiga...

de-Kock Andani
Catatan Dahlan Iskan

de-Kock Andani

Oleh: Dahlan Iskan Nama Dr Achmad Mochtar sama populernya dengan nama Jendral...

Beban Negara
Catatan Dahlan Iskan

Beban Negara

Oleh: Dahlan Iskan Semua mata penasaran melihat ke layar televisi: adakah Megawati...