finnews.id – Suatu malam, detak jantung saya melonjak hingga 140 bpm. Angka itu muncul di smartwatch saya, membuat saya tertegun dan panik. Saya duduk di tepi tempat tidur, mencoba menenangkan diri, tapi rasa cemas menguasai setiap napas. Saya tahu, ini bukan sekadar kelelahan biasa.
Kekhawatiran itu membawa saya ke RS Hermina, sebelum akhirnya dirujuk ke RS Awal Bros. Di sana, saya bertemu dr. Wira Kimahesa Anggoro, Sp. JP, seorang dokter spesialis jantung. Dengan tenang, ia mendengarkan keluhan saya, lalu menegaskan bahwa saya menderita penyakit jantung koroner. Kata-kata itu seperti guntur di siang bolong, membuat saya sadar betapa rapuhnya detak jantung ini. dr. Wira menjelaskan bahwa pemasangan stent, atau pasang ring, adalah langkah terbaik untuk mencegah komplikasi serius yang bisa mengancam nyawa.
Persiapan Sebelum Operasi
Beberapa minggu sebelum operasi, saya menjalani serangkaian pemeriksaan. Mulai dari EKG untuk memantau detak jantung, tes darah untuk memastikan kondisi tubuh secara keseluruhan, hingga angiografi jantung yang menggunakan sinar-X dan zat kontras untuk melihat kondisi arteri secara jelas.
Semua persiapan ini terasa seperti latihan untuk menghadapi momen penting: prosedur Percutaneous Coronary Intervention (PCI), atau pemasangan stent. Stent adalah tabung kecil yang ditempatkan di arteri untuk mencegah penyempitan kembali, memberi jantung ruang bernapas yang lebih aman.
Hari Operasi
Ruangan operasi dingin dan terang, dipenuhi suara monitor detak jantung, instruksi dokter, dan desahan alat medis. Tim dokter bergerak dengan presisi, masing-masing fokus pada tugasnya, sementara saya hanya bisa menatap sekeliling, mencoba menenangkan rasa takut.
Bius lokal membuat saya tetap sadar. Sensasinya unik: saya bisa merasakan kateter tipis masuk melalui arteri di tangan kanan, bergerak perlahan hingga mencapai jantung. Detak jantung saya berdebar hebat, dan dr. Wira menatap saya sambil berkata, “Jantungnya berdebar, yah pak?”
“Iya dok,” jawab saya, suara bergetar, namun mencoba tetap tenang.
Rasa tekanan ringan di dada terasa nyata saat stent ditempatkan di arteri yang menyempit. Semua fokus saya tertuju pada suara mesin monitor dan instruksi dokter. Waktu terasa melambat, tapi akhirnya stent berhasil dipasang. Aliran darah yang sebelumnya terhambat kini lancar. dr. Wira tersenyum kepada keluarga saya, memberi kabar lega: jantung saya telah mendapat jalur baru yang aman.