finnews.id – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XV Kementerian Kebudayaan RI menghadirkan upaya pelestarian Subak atau sistem irigasi pertanian tradisional khas Bali melalui trilogi film berjudul Soma.
“Film ini bisa dimanfaatkan sebagai sarana pelestarian kebudayaan untuk generasi selanjutnya,” kata Kepala BPK Wilayah XV Kuswanto di sela peluncuran film trilogi Soma di Petitenget, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Film ini bisa menjadi media edukasi bagi masyarakat untuk memahami sistem irigasi tradisional Subak secara lebih mendalam, sekaligus menyoroti tantangan pelestariannya di masa kini.
Ia menjelaskan Subak diangkat ke dalam film, memaknai Organisasi PBB bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (Unesco) pada 2012 menetapkan Subak sebagai warisan budaya dunia.
Kuswanto menilai di dalam Subak ada komponen cagar budaya, di antaranya pura atau tempat suci Hindu dan objek kebudayaan berupa kegiatan ritual yang menyertai keberadaan Subak.
“Sehingga, kami berusaha mendokumentasikan proses kebudayaan yang ada di Subak menjadi film. Budaya Subak kami lestarikan melalui film,” ucapnya.
Menurut dia, film pendek tersebut diproduksi tiga tahun lalu yang menghasilkan tiga babak atau episode menjadi sebuah trilogi, yakni Muasal, Persimpangan dan Sangkan.
Trilogi cerita itu mengadaptasi kearifan lokal masyarakat Bali, yakni Tri Hita Karana atau tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan sesama manusia.
Filosofi Tri Hita Karana (harmoni antara manusia, Tuhan, dan alam) yang menjadi landasan sistem Subak dalam menjaga ketahanan pangan dan keadilan pembagian air.
Adapun tokoh sentral dari trilogi itu adalah Nyoman Soma, pemuda dari keluarga petani dengan latar belakang Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali.
Kisah ini menjadi sekelumit contoh dari generasi muda Pulau Dewata saat ini yang ingin mencari jati diri, menjalankan keberlanjutan tradisi atau kehidupan modernitas dengan dinamika di dalamnya.
Kemudian, kisah Soma dihadapkan pada hiruk pikuk dunia di persimpangan hingga tiba pada puncak cerita Sangkan yang menekankan harmoni sejati yang menyatukan alam, manusia dan Tuhan dalam satu kesadaran hidup.