finnews.id – Konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela mencapai titik eskalasi baru pada Desember 2025 dengan fokus utama pada sektor energi dan pengakuan politik.
Blokade Energi dan Minyak
- Blokade Total: Pada pertengahan Desember 2025, Presiden AS memerintahkan blokade total terhadap semua kapal tanker minyak yang masuk dan keluar dari Venezuela. Langkah ini didasarkan pada klaim AS bahwa Venezuela telah “mencuri” aset minyak milik AS.
- Dampak Ekonomi: Kebijakan ini menyebabkan lonjakan harga minyak dunia secara signifikan segera setelah diumumkan.
- Reaksi Venezuela: Presiden Nicolas Maduro mengecam tindakan tersebut sebagai “pembajakan” ilegal yang melanggar Piagam PBB dan menegaskan bahwa Venezuela akan tetap melanjutkan perdagangan minyak.
Tekanan Militer dan Diplomatik
- Aktivitas Militer: AS meningkatkan kehadiran militernya di wilayah Karibia sejak Agustus 2025. Pada Desember 2025, ketegangan meningkat setelah Trinidad dan Tobago mengizinkan pesawat militer AS menggunakan bandara mereka, yang dianggap Venezuela sebagai ancaman langsung.
- Penetapan Organisasi Teroris: Pemerintahan AS secara resmi mengklasifikasikan pemerintahan Maduro sebagai organisasi teroris asing, yang memicu sanksi ekonomi dan militer yang lebih berat.
- Penutupan Wilayah Udara: Memasuki akhir Desember 2025, AS memerintahkan penutupan wilayah udara di sekitar Venezuela.
Presiden AS, Donald Trump, menyinggung kemungkinan terjadinya perang antara Amerika Serikat dan Venezuela.
“Saya tidak mengesampingkannya, tidak,” ujar Trump dalam wawancara dengan stasiun TV NBC pada Kamis (18/12).
Trump juga menegaskan dirinya tidak berniat membahas isu soal serangan AS terhadap kapal-kapal Venezuela yang disebut bisa memicu perang. Ia menambahkan pemerintahannya tetap berencana menyita kapal tanker Venezuela.
Ketika ditanya soal apakah tujuan akhirnya adalah menggulingkan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, Trump menghindar dan hanya mengatakan, “Dia tahu persis apa yang saya inginkan. Dia tahu lebih baik daripada siapa pun.”