Finnews.id – Sebuah kritik pedas menggema di acara Puncak Haul ke-16 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pondok Pesantren Tebuireng. KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, menyoroti pergeseran orientasi di tubuh PBNU yang dinilai lebih dekat ke penguasa daripada Tuhan.
Di hadapan ribuan jamaah, Gus Kikin, cicit Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, mengungkapkan keprihatinannya.
“Saya pikir dulu itu organisasi keagamaan, ini taqarrub ilallah, mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Nah ini kita sekarang ini rasanya itu kita lebih mendekatkan diri kepada yang sedang berkuasa. Turun derajat kita,” tegasnya.
Melihat fenomena ini, Gus Kikin mengajak seluruh elemen untuk melakukan muhasabah (introspeksi) total.
Momentum Haul Gus Dur dinilai tepat untuk bercermin pada nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur, yang selalu menjaga jarak aman dengan kekuasaan demi kemanusiaan.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Kikin juga menyampaikan rasa syukur dan penghormatan mendalam atas kehadiran KH Mustofa Bisri (Gus Mus).
Baginya, kehadiran Gus Mus menjadi penyejuk sekaligus rujukan utama dalam mengenang sosok Gus Dur yang autentik.
“Dan saya kegembiraan, kebanggaan, rasa syukur ini kemudian saya mengundang Panjenengan semuanya. Terutama saya sowan kepada KH Mustofa Bisri yang sangat paham mengenai Gus Dur ini,” ungkap Gus Kikin.
Kritik di Tengah Badai Dualisme PBNU
Sentilan keras Gus Kikin ini muncul di tengah prahara dualisme kepemimpinan yang sedang mengguncang PBNU.
Organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut tengah terbelah menjadi dua kubu: kubu Syuriyah dan kubu Tanfidziyah.
Kubu Syuriyah, yang dimotori oleh Mohammad Nuh, tengah melakukan upaya koreksi total terhadap kepemimpinan Gus Yahya, yang dinilai terlalu pragmatis dan dekat dengan kekuasaan politik, terutama terkait penerimaan konsesi tambang dari pemerintah.
Langkah Gus Yahya menerima “ghonimah” tambang tersebut dinilai sebagian kalangan telah menggerus marwah NU sebagai organisasi keagamaan dan moral.