Menurut Zulhas ajaran itu terus ia praktikkan hingga kini dengan menjadikan memberi sebagai kebiasaan harian tanpa menghitung jumlah, karena baginya keikhlasan jauh lebih penting dari penilaian publik.
“Jadi saya diperintah ibu saya almarhumah. Tiap hari harus memberikan bantuan. Karena dalam Islam itu ayatnya jelas. Orang baik itu, kata guru ngaji saya, Al Quran, itu orang yang berguna dan memberi dia senang ataupun susah,” ujarnya pula.
Ia mengaku pernah dihujat karena kebiasaan berbagi, namun memilih memaafkan semua kritik karena keyakinannya bahwa membantu sesama adalah bentuk ibadah dan tanggung jawab moral sebagai manusia.
“Saya mulai enam tahun, tujuh tahun sudah biasa berbagi gitu. Setiap ke daerah tanya teman-teman saya, saya memang bagi beras. Biasa saya gotong beras, tuh biasa, bisa 5 kilogram. Saya biasa tuh, saya bagi gitu. Biasa,” katanya.
Zulhas menegaskan gotong royong dan empati harus terus dirawat, agar bangsa Indonesia mampu bangkit bersama menghadapi bencana serta memastikan tidak ada saudara yang merasa sendirian menghadapi cobaan berat.
“Tapi mungkin buat yang lain aneh, ya enggak apa-apa, saya juga maafkan,” kata Zulhas.