finnews.id – Sejak awal konflik kembali bergulir, Gencatan Senjata Gaza menjadi fokus utama pembahasan global.
Melalui fase pertama yang hampir selesai, dinamika politik, keamanan, dan diplomasi di kawasan berubah dengan sangat cepat.
Situasi tetap tegang, namun perkembangan terbaru menunjukkan adanya pergeseran menuju proses transisi yang lebih kompleks.
Selain itu, Israel dan Hamas berada di tengah negosiasi yang terus bergerak, meskipun kepastian jangka panjang belum terlihat jelas.
Konstelasi Politik saat Fase Pertama Berjalan
Di tengah berlangsungnya Gencatan Senjata Gaza, fase pertama mencakup rangkaian langkah yang sangat sensitif: pembebasan sandera, pelepasan tahanan, serta penarikan sebagian pasukan.
Melalui kesepakatan yang disahkan PBB, Hamas membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup, menyerahkan sebagian besar jenazah korban, dan sebagai imbalannya Israel membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Proses tersebut berjalan dengan tekanan internasional yang sangat kuat, sekaligus menjadi indikator awal apakah kedua pihak benar-benar bersedia meredam eskalasi.
Selain itu, Israel menarik pasukannya ke garis gencatan senjata, meskipun tetap mempertahankan kendali atas hampir 58 persen wilayah Gaza.
Posisi itu memperlihatkan bahwa fase pertama memang bergerak, namun belum mengubah realitas keamanan secara signifikan.
Sikap Netanyahu dan Tekanan Diplomatik
Di tengah evaluasi fase pertama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa tahapan berikutnya tidak hanya bergantung pada penghentian tembak-menembak, tetapi juga pada komitmen Hamas untuk perlucutan senjata.
Dalam pernyataannya, ia mengatakan bahwa diskusi lanjutan akan dilakukan dengan Presiden Donald Trump di Washington.
Penekanan terhadap disarmament memperlihatkan bahwa fase kedua diproyeksikan jauh lebih teknis, rumit, dan penuh ambiguitas.
Netanyahu juga mengkritik keras Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya dan mantan menteri pertahanan Israel.
Kritik tersebut menambah tekanan politik yang membayangi proses Gencatan Senjata Gaza, terutama karena sebagian pemimpin Eropa menunda atau membatalkan rencana pertemuan dengan Israel akibat proses hukum internasional yang sedang berlangsung.