Kalimat-kalimat itu muncul setelah terlihat begitu hangatnya pertemuan antara Trump dan Mamdani. Itu tercermin dari konferensi pers yang videonya saya lihat berkali-kali itu.
Saya sangat terkesan dengan ekspresi dua tokoh tersebut. Begitu cair. Begitu natural. Begitu rukun. Ibarat dua orang yang sudah lama bersahabat.
Padahal itulah kali pertama Trump bertemu Mamdani –pun sebaliknya. Tapi sudah terlihat begitu akrabnya.
Salah satu adegan yang saya sukai adalah ketika wartawan wanita bertanya pada Mamdani: apakah ia akan menarik kembali penilaian buruknya pada Trump. Khususnya bahwa Trump itu diktator.
Mamdani terlihat akan menjawab pertanyaan dengan cepat. Beberapa kata sudah diucapkan. Tapi Trump lebih cepat menjawil lengan Mamdani: “bilang saja, ya,” katanya. Lalu Trump menepuk dua kali lengan Mamdani bagian atas –sambil Trump menatap wajahnya dengan senyum penuh arti.
“Ok,” jawab Mamdani lirih sambil menatap Trump sesapuan.
Setelah itu Trump menjelaskan bahwa ia tidak merasa keberatan dengan penilaian Mamdani itu. Banyak pihak lain yang memberi penilaian lebih buruk dari itu.
Salah satu bentuk permainan ”catur empat dimensi” itu terlihat dari setting konferensi pers itu sendiri. Trump duduk di kursi kepresidenannya. Mamdani di-setting hanya berdiri. Di sebelahnya. Kelihatannya sengaja di-setting hanya ada satu kursi di situ.
Mamdani seperti menerima saja itu dengan apa adanya. Mungkin ia tahu bahwa ia ”hanya” seorang wali kota terpilih. Tidak layak duduk di kursi yang bersebelahan dengan presiden. Dan itu lebih baik bagi Mamdani. Daripada duduk di kursi bersebelahan tapi dimaki-maki. Seperti yang dialami Presiden Zelenskyy dari Ukraina dulu.
Terhadap Mamdani kata-kata Trump penuh puja-puji. Terutama soal kenaikan tinggi ratingnya yang begitu cepat. Bagaimana bisa: dari bukan siapa-siapa, dari rating 2, terus naik melejit menjadi 6, 9, 16, dan akhirnya terpilih dengan suara lebih 50 persen.
Rasanya di situlah kecemburuan terbesar Trump. Tapi ia harus menerima kenyataan. Mamdani begitu populer. Tidak hanya di New York melainkan telah melanda seluruh negeri. Padahal Amerika sedang menghadapi Pemilu parlemen dan Pilkada tahun depan. Trump tidak ingin dominasi Republik di Kongres tergerus. Sampai pun ia harus ”main catur empat dimensi”.