finnews.id – Polusi udara India menjadi perhatian besar dunia karena semakin banyak laporan yang menunjukkan dampaknya pada anak-anak. Banyak klinik di Delhi dipenuhi orang tua yang cemas karena anak mereka batuk, sesak napas, dan sulit tidur. Karena itu, kondisi ini tidak lagi hanya tentang kualitas udara, tetapi tentang masa depan generasi berikutnya. Selain itu, banyak penelitian internasional menunjukkan bahwa anak-anak jauh lebih rentan dibandingkan orang dewasa ketika hidup di lingkungan dengan tingkat polutan tinggi. Situasi tersebut membuat banyak dokter memperingatkan potensi kerusakan permanen pada kesehatan anak.
Krisis Polusi yang Semakin Buruk
Setiap tahun, polusi udara India meningkat drastis selama musim dingin. Banyak faktor ikut memperburuk kondisi ini, termasuk emisi kendaraan, industri, musim dingin dengan angin rendah, dan pembakaran sisa tanaman di daerah pertanian. Ketika semua faktor tersebut terjadi secara bersamaan, udara di Delhi berubah menjadi kabut tebal berwarna abu-abu. Bahkan, beberapa hari, Air Quality Index (AQI) mencapai angka 300–400. Angka ini lebih dari 20 kali batas aman yang direkomendasikan oleh World Health Organization. Karena itu, masyarakat merasa seolah-olah sedang hidup di ruang penuh asap.
Anak-Anak yang Paling Menderita
Dokter anak di India melaporkan lonjakan pasien setiap kali kualitas udara menurun drastis. Banyak anak mulai mengalami batuk berkepanjangan, sesak napas, dan radang paru. Bahkan, beberapa anak memerlukan bantuan oksigen di rumah sakit. polusi udara India menjadi momok besar bagi keluarga karena sistem pernapasan anak masih berkembang. Maka dari itu, paparan jangka panjang dapat merusak struktur paru dan menurunkan fungsi pernapasan ketika dewasa. Banyak penelitian internasional juga menunjukkan bahwa paparan PM2.5 dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan kemampuan kognitif mereka.
Selain itu, anak-anak miskin menghadapi risiko lebih buruk karena mereka tinggal di daerah dekat jalan raya atau kawasan industri. Mereka tidak memiliki purifier atau akses masker N95 yang mampu menyaring polutan berbahaya. Maka dari itu, perbedaan sosial-ekonomi semakin memperparah ketidakadilan lingkungan.