finnews.id – Warga Guizhou tolak aturan kremasi pemerintah dan aksi ini langsung menarik perhatian media internasional. Demonstrasi muncul di kota kecil Shidong setelah pemerintah daerah memaksa warga menggunakan kremasi sebagai metode pemakaman resmi. Banyak warga menilai kebijakan itu merusak tradisi leluhur dan hubungan spiritual dengan keluarga yang sudah meninggal. Karena alasan itu, banyak orang memilih turun ke jalan meskipun risiko penangkapan tetap ada.
Latar Belakang Aturan Pemakaman
Pemerintah daerah mengumumkan aturan kremasi dengan alasan efisiensi lahan pemakaman dan modernisasi layanan publik. Mereka mengacu pada regulasi nasional tahun 2003 yang mendorong praktik pemakaman baru di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Pemerintah pusat sudah lama mempromosikan kremasi karena jumlah penduduk meningkat dan ruang pemakaman semakin berkurang.
Namun warga Guizhou berasal dari etnis Miao yang memiliki tradisi pemakaman panjang. Mereka mengubur keluarga sebagai bentuk penghormatan leluhur dan menjaga kesinambungan identitas keluarga. Karena itu banyak warga melihat kebijakan kremasi sebagai upaya negara menghapus budaya lokal.
Gelombang Protes dan Reaksi Masyarakat
Aksi protes mulai terjadi sejak akhir pekan. Banyak video memperlihatkan warga berdiri di jalan, mengepung kendaraan polisi, serta menolak mundur. Seorang warga bahkan berteriak menantang kebijakan pemerintah dan ungkapan itu viral di media sosial. Banyak komentar di Douyin mendukung demonstran dan menyerukan pembelaan tradisi pemakaman.
Peneliti dari China Dissent Monitor menyampaikan bahwa aksi protes di Guizhou berlangsung lebih lama dibanding demonstrasi rural lainnya. Publik biasanya memilih diam untuk menghindari konsekuensi politik. Namun isu leluhur, budaya, dan prosesi kematian membuat warga merasa wajib membela keyakinan mereka.
Tren Protes di Pedesaan China
Tahun ini China Dissent Monitor mencatat 661 protes rural dan angka itu meningkat 70 persen dari tahun sebelumnya. Banyak aksi berasal dari isu ekonomi seperti pajak, tanah pertanian, dan utang rumah tangga. Namun protes Guizhou muncul dari ranah budaya sehingga motivasi masyarakat terlihat lebih kuat.
Data dari kuartal ketiga menunjukkan hampir 1.400 insiden ketegangan publik terjadi di seluruh China. Angka ini menggambarkan meningkatnya tekanan sosial di wilayah pedesaan.