finnews.id – Manfaat zakat penghasilan sering muncul sebagai kewajiban, tetapi banyak orang belum memahami dampak luasnya dalam kehidupan sosial maupun pribadi. Saat seseorang mulai menunaikannya secara konsisten, ia merasakan perubahan pada pola rezeki, pola pikir, dan hubungan sosial. Selain itu, zakat ini bukan hanya tentang berbagi uang, melainkan memperkuat fondasi keadilan ekonomi dalam masyarakat. Sebab itu, pembahasan ini menjadi penting agar setiap muslim yang bekerja memahami fungsi zakat secara utuh.
Namun, sebelum menuju manfaat, seseorang perlu tahu bahwa zakat profesi atau zakat dari pendapatan rutin masuk kategori zakat maal. Maka, seseorang mengeluarkannya jika penghasilannya sudah mencapai nisab. Meski begitu, beberapa lembaga fatwa memperbolehkan pendekatan bulanan tanpa menunggu haul, sehingga zakat keluar lebih cepat dan manfaatnya menyebar lebih luas.
Apa Itu Zakat Penghasilan?
Pembahasan manfaat zakat penghasilan baru terasa utuh jika seseorang memahami definisinya. Zakat ini berasal dari gaji, honorarium, fee proyek, komisi, atau sumber pendapatan lain yang sifatnya halal. Standarnya mengikuti nisab emas, yaitu 85 gram emas. Jika seseorang mengambil harga emas misalnya 1 gram bernilai Rp1.200.000, maka nisabnya:
85 gram x Rp1.200.000 = Rp102.000.000 per tahun
Jika seseorang ingin menghitungnya per bulan, maka nilai nisab dibagi 12:
Rp102.000.000 : 12 = Rp8.500.000 per bulan
Artinya, ketika pendapatan bulanan melebihi Rp8.500.000, ia menunaikan zakat penghasilan sebesar 2,5% dari pendapatannya.
Cara Menghitung Zakat Penghasilan
Agar manfaat zakat penghasilan bisa terasa nyata, seseorang perlu menghitungnya secara tepat. Rumusnya:
Zakat = 2,5% x total pendapatan
Contoh hitungan:
Jika seseorang memiliki gaji Rp12.000.000 per bulan, maka:
2,5% x Rp12.000.000 = Rp300.000
Jumlah tersebut dikeluarkan secara rutin dan disalurkan kepada mustahik sesuai ketentuan syariat Islam.
Manfaat Zakat Penghasilan bagi Individu
Pada tahap ini, manfaat zakat penghasilan mulai memperlihatkan efek psikologis, ekonomi, sampai spiritual. Banyak orang mengaku rezekinya berkembang dan lebih berkah setelah membiasakan zakat. Sebab, zakat membantu seseorang mengatur diri agar tidak terjebak rasa memiliki yang berlebihan terhadap hartanya.
Pertama, zakat membantu menumbuhkan disiplin pengelolaan keuangan. Saat seseorang mengalokasikan dana zakat sebagai pos tetap, ia belajar menyusun anggaran hidup dan menghindari pemborosan.
Kedua, zakat dapat meningkatkan rasa syukur. Seseorang belajar bahwa hartanya bukan hanya hasil kerja keras pribadi, tetapi juga amanah yang perlu dikelola dengan tanggung jawab.
Ketiga, zakat membantu membersihkan harta dari unsur tidak jelas, seperti bunga bank, kelebihan pembayaran, atau pendapatan yang tidak direncanakan. Dengan begitu, seseorang memiliki kondisi mental yang lebih ringan dan tidak tertekan oleh urusan finansial.