Meski Greenland secara resmi Kristen Luther (sejak abad ke-18), tradisi berburu dan fermentasi jauh lebih tua. Di kota-kota kecil seperti Tasiilaq dan Ittoqqortoormiit, pesta Natal dimulai dengan doa di gereja, dilanjutkan kaffemiik (jamuan bersama) di mana kiviak dan mattak menjadi hidangan di meja.
Anak-anak kecil biasanya diberi potongan mattak yang sudah dipotong halus, sementara orang dewasa bersaing siapa yang tahan menelan kiviak paling banyak tanpa muntah.
Meski terdengar ekstrem, risiko kesehatan sebenarnya rendah jika proses fermentasi dilakukan dengan benar.
Kasus botulism terakhir yang terkait kiviak tercatat tahun 2013 akibat penggunaan kantong plastik modern yang tidak kedap udara (Greenland Medical Journal, 2014).
Sejak itu, pemerintah setempat mengampanyekan kembali penggunaan kulit anjing laut tradisional. Di sisi lain, perubahan iklim mengancam tradisi ini: populasi little auk menurun 30 % sejak 2005 karena mencairnya es laut (Danish Centre for Environment and Energy, 2023), sehingga kiviak kini sering dibuat dalam jumlah lebih kecil.
Bagi wisatawan, mencicipi kiviak dan mattak kini masuk paket “Arctic Christmas Experience” di Ilulissat dan Nuuk, meski harganya mencapai 1.500–2.000 DKK (sekitar Rp 3,5 juta) per orang untuk satu sesi makan malam tradisional.
Bagi masyarakat Inuit, kedua hidangan ini bukan gimmick, melainkan bukti nyata bahwa di suhu minus 40 °C, kelangsungan hidup dan pesta Natal bisa berjalan dalam satu tarikan napas yang sama.