Finnews.id – Aktivitas Gunung Semeru di Jawa Timur kembali menunjukkan peningkatan signifikan. Pos Pengamatan Gunung Semeru melaporkan getaran akibat banjir lahar hujan tercatat berlangsung secara massif.
Durasi kumulatif hampir dua jam penuh dalam periode pengamatan pada Sabtu, 22 November 2025 pukul 12.00-18.00 WIB.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Rudra Wibowo, menjelaskan bahwa getaran banjir lahar tersebut mengalir deras ke sungai-sungai yang sebelumnya dilewati awan panas.
Kondisi ini secara serius meningkatkan potensi terjadinya letusan sekunder yang berbahaya.
“Terjadi satu kali gempa getaran banjir dengan amplitudo 34 mm dan lama gempa 6.059 detik,” kata Rudra Wibowo.
Durasi getaran yang ekstrem panjang ini mengindikasikan volume lahar yang besar.
Status Gunung Siaga Merah
Selain getaran lahar yang berkepanjangan, aktivitas internal gunung setinggi 3.676 mdpl ini juga sangat tinggi. Pada periode yang sama, Pos Pengamatan mencatat:
- 30 kali gempa letusan/erupsi, dengan amplitudo antara 16-22 mm.
- 2 kali gempa Guguran, dan
- 5 kali gempa Hembusan.
Status Gunung Semeru saat ini dipertahankan pada Level IV atau Awas. Menyikapi kondisi ini, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan serangkaian rekomendasi ketat untuk menjamin keselamatan masyarakat.
Zona Terlarang & Ancaman Lontaran Batu Pijar
PVMBG mendesak masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan dalam jarak 20 kilometer dari puncak kawah.
Ini adalah zona terlarang mutlak. Di luar zona tersebut, kewaspadaan harus ditingkatkan.
“Masyarakat juga diminta menjauhi sempadan sungai minimal 500 meter di sepanjang Besuk Kobokan karena potensi terlanda awan panas dan lahar masih dapat terjadi,” jelas Rudra.
Selain ancaman lahar dan awan panas guguran (APG), masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah Gunung Semeru.
Pembatasan ini diterapkan karena adanya potensi bahaya lontaran batu pijar yang sangat mematikan.