Home Ekonomi Wall Street Terkoreksi meski Nvidia dan Walmart Tunjukkan Kinerja Korporasi Solid
Ekonomi

Wall Street Terkoreksi meski Nvidia dan Walmart Tunjukkan Kinerja Korporasi Solid

Bagikan
Wall Street Terkoreksi
Wall Street Terkoreksi, Image: Pixabay
Bagikan

finnews.id – Wall Street terkoreksi pada perdagangan terbaru, meskipun Nvidia dan Walmart melaporkan kinerja yang melebihi ekspektasi analis. Investor awalnya berharap laporan positif akan menahan penurunan pasar. Namun, indeks saham utama tetap melemah. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang sentimen investor dan stabilitas pasar keuangan AS.

Dinamika Pasar Saham Amerika Serikat

Indeks S&P 500 turun 1,6%, Dow Jones Industrial Average turun 0,8%, sementara Nasdaq kehilangan lebih dari 2% nilainya. Pergerakan ini menunjukkan bahwa Wall Street terkoreksi meskipun ada laporan keuangan positif. Para analis menekankan bahwa aksi jual mencerminkan kekhawatiran investor terkait valuasi perusahaan teknologi dan risiko gelembung AI.

Investor juga memperhatikan indikator ekonomi makro. Laporan pekerjaan terbaru menunjukkan penambahan 119.000 pekerjaan pada September, lebih tinggi dari ekspektasi. Namun, tingkat pengangguran naik dari 4,3% menjadi 4,4%. Data ini menimbulkan ketidakpastian terkait arah suku bunga Federal Reserve.

Pengaruh Laporan Perusahaan Terhadap Pasar

Hasil kuartalan Nvidia menunjukkan permintaan kuat untuk chip AI, yang sempat mendorong harga saham naik. Namun, kenaikan ini hanya bersifat sementara. Sahamnya akhirnya turun lebih dari 3%. CEO Nvidia, Jensen Huang, menegaskan kekhawatiran soal overvaluasi perusahaan AI terlalu berlebihan. Meski begitu, pasar masih menilai risiko lebih luas.

Walmart melaporkan penjualan solid, menunjukkan fundamental perusahaan tetap kuat meski ada tekanan inflasi dan perubahan pola konsumsi. Data ini seharusnya menambah keyakinan investor. Namun, Wall Street terkoreksi tetap terjadi karena faktor eksternal, termasuk volatilitas pasar teknologi dan kekhawatiran global soal inflasi.

Kekhawatiran Gelembung AI dan Inflasi

Beberapa analis dari Oxford Economics menyatakan koreksi teknologi mencerminkan “healthy correction” bukan ancaman sistemik. Namun, kekhawatiran gelembung AI tetap ada. CEO Alphabet, Sundar Pichai, menyoroti indikasi “irrationality” dalam lonjakan investasi AI.

Investor juga menunggu data inflasi yang tertunda akibat shutdown pemerintah. Data ini penting untuk langkah Fed terkait suku bunga. Ketidakpastian membuat sentimen pasar tetap berhati-hati.

Bagikan
Artikel Terkait
Pemerintah Hajar Habis Bisnis Thrifting di Medsos & E-Commerce
Ekonomi

Pemerintah Hajar Habis Bisnis Thrifting di Medsos & E-Commerce

Finnews.id – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Meutya Hafid, menyatakan kesiapan penuh...

Ekonomi

BPBD: Belum ada Laporan Dampak Erupsi Semeru di Kabupaten Malang

finnews.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang menyatakan belum ada...

EkonomiNews

GEMPAR NTT Komitmen Gempur Kemiskinan dan Ketertinggalan

finnews.id – Pelantikan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Generasi Muda Pembaharuan (GEMPAR) Indonesia...

OJK Batasi Durasi Dormant Hingga 1.800 Hari
Ekonomi

NASABAH WAJIB TAHU! OJK Batasi Rekening Dormant Hingga 1.800 Hari

Finnews.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi memperkenalkan batas waktu nasional untuk...