Pertandingan Bersejarah Melawan Raksasa Eropa
Pada 5 Juni 1938, stadion Velodrome di Reims menjadi saksi pertandingan monumental. Lawan pertama: Hungaria, sebuah tim kuat era itu. Pertandingan berjalan berat. Meski bertahan dengan penuh keberanian, gawang Tan Mo Heng kebobolan enam gol. Skor akhir 6–0. Namun ada momen berharga yang dikenang keluarga hingga hari ini.
Isaac Pattiwael sempat mencetak gol. Sayangnya, wasit menganulir. Meski tidak tercatat resmi, kisah gol itu hidup dalam memori keluarga. Cucu beliau, John Pattiwael, menceritakan kepada BBC bagaimana sang kakek bangga akan momen itu. Baginya, tampil di panggung terbesar dunia sudah menjadi kehormatan, apalagi sebagai putra Ambon.
Warisan yang Tidak Boleh Hilang
Walaupun hanya memainkan satu pertandingan dan langsung tersingkir, tim ini mencatat sejarah besar. Mereka menjadi wakil Asia pertama di Piala Dunia. Itu bukan catatan kecil, itu fondasi identitas sepak bola Indonesia di kancah global.
Banyak orang tidak sadar, tetapi sejarah ini menunjukkan bahwa kita pernah berdiri sejajar dengan dunia. Dengan infrastruktur sederhana, pemain amatir, dan kondisi politik kompleks, Indonesia tetap muncul di panggung tertinggi sepak bola.
Kini, Piala Dunia pertama Indonesia menjadi pengingat. Dengan gairah, perencanaan, dan keberanian, mimpi tampil kembali di turnamen dunia bukan mustahil. Generasi masa kini bisa menjadikannya inspirasi untuk mengejar panggung yang dulu sudah pernah disentuh.
Akhirnya, meskipun waktu telah bergerak jauh, kisah ini tetap layak dirayakan. Indonesia pernah ada di sana, di depan dunia, dan suatu hari mungkin akan kembali lagi.
Piala Dunia pertama Indonesia bukan hanya catatan sejarah. Itu simbol perjalanan bangsa menuju identitas sepak bola global.
Referensi:
– FIFA Archive
– BBC Sport / BBC Indonesia
– The Guardian Historical Football Records