“Tanpa kesehatan yang baik dan pendidikan vokasi yang memadai, kita tidak akan mampu memanfaatkan peningkatan jumlah penduduk usia produktif yang signifikan,” ujarnya.
Yohanes menambahkan, pemerintah daerah terus mendorong kolaborasi lintas sektor dengan lembaga pendidikan, dunia usaha, dan komunitas lingkungan untuk memastikan anak muda NTT memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja hijau.
Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia, Ridwan Arif mengatakan Koaksi Indonesia menggelar Program “Youth Leaders Green Jobs” di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Tengah (Sulteng). Program ini bertujuan untuk melahirkan motor penggerak green jobs dari Timur Indonesia dan membangun jejaring kolaboratif yang kuat dari urban hingga daerah.
Program tersebut ujar dia, dirancang untuk menjawab tantangan sekaligus memanfaatkan peluang besar transisi energi di Indonesia, dengan fokus pada peningkatan kapasitas dan kepemimpinan anak muda.
“Melalui rangkaian kegiatan Green Jobs Academy, Green Jobs Workshop, Green Jobs Festival, dan Green Jobs Summit, para peserta dibekali dengan pengetahuan praktis dan keterampilan strategis,” katanya.
Ridwan menekankan pentingnya kampanye publik untuk meningkatkan pemahaman orang muda terkait peluang karier di sektor hijau. Meski demikian, tetap diperlukan peta jalan green jobs yang terstruktur hingga 2045.
Dia juga mengatakan potensi green jobs sangat besar dan tidak hanya pada sektor energi terbarukan, meskipun tetap perlu didukung dengan strategi yang jelas dan komprehensif.
Hasil survei Koaksi Indonesia bersama BOI Research pada 2024 menunjukkan minat orang muda terkait pekerjaan hijau sangat tinggi. Namun, pemahaman mereka terkait pekerjaan tersebut masih belum mendalam.