finnews.id – Dokter spesialis anak konsultan respirologi dari Universitas Padjajaran Prof. dr. Cissy Rachiana Sudjana Prawira Sp.A(K) MSc Ph.D mengatakan pemberian imunisasi pasif Palivizumab direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi prematur untuk mencegah infeksi virus RSV.
“Yang ada sekarang adalah monoclonal antibody yaitu antibodi yang sudah siap pakai, begitu disuntikkan dia sudah bisa bekerja, tidak perlu lagi ada respon imun, itulah keuntungannya dari pemberian dari Palivizumab, ini imunisasi pasif,” katanya dalam acara diskusi edukasi mengenai virus RSV pada bayi prematur di Jakarta, Kamis.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus yang menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan tapi sering tidak disadari atau tidak dikenal, bahkan oleh dokter. Infeksi ini rentan mengenai anak usia di bawah 2 tahun, terlebih pada bayi yang lahir dengan kondisi prematur.
Sementara itu, gejala infeksi bisa seperti influenza dan selesma yakni hidung berair, batuk bersin, hilang nafsu makan. Kuman masuk melalui saluran pernapasan dan menyebar bisa menyebabkan bronkiolitis dan pneumonia atau radang pada jaringan paru-paru.
Imunisasi dengan Palivizumab direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2025 untuk mencegah bayi yang lahir prematur terjadi penurunan kesehatan karena infeksi RSV yang bisa menjadi penyebab pneumonia.
Imunisasi Palivizumab direkomendasikan diberikan lewat suntikan intramuskular pada otot dengan dosis 15 miligram per kilogram berat badan dan hanya berlaku selama 30 hari, diberikan 1 bulan sebelum musim RSV yakni akhir tahun sampai pertengahan tahun.
RSV berisiko tinggi pada bayi dibawah usia 2 bulan lahir prematur, anak dengan kelainan paru-paru kronis seperti bronchopulmonary dysplasia, anak dengan penyakit jantung bawaan, anak yang menderita kanker, dan anak dengan gangguan neuromuskular.
“Jadi pada anak-anak ini kejadian ataupun penyakitnya biasa lebih berat, pneumonia paru-parunya sebagian ini putih kadang-kadang bercak-bercak, ini berat anaknya sesak hebat dan dia juga biasanya makin lama kesadarannya bisa menurun, sampai akhirnya membutuhkan pemberian oksigen yang lebih banyak sehingga masuk ke ICU,” katanya.