finnews.id – Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan dua momen suci yang paling dinantikan umat Hindu, baik di Bali maupun seluruh Nusantara. Kedua hari raya ini menjadi simbol kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (keburukan), sebuah refleksi spiritual tentang penyucian diri, keharmonisan alam, dan hubungan manusia dengan leluhur.
Pada tahun 2025, Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu, 19 November, disusul Kuningan pada Sabtu, 29 November 2025 sebagai penutup rangkaian perayaan.
Sejarah dan Makna Galungan
Jejak perayaan Galungan tercatat dalam lontar kuno Dharma Raksa, yang menyebutkan bahwa hari raya ini telah dirayakan sejak tahun 882 Masehi (Saka 804).
Galungan memperingati kemenangan umat Hindu dalam mengalahkan Mayadenawa, raja angkara murka yang melarang rakyat beribadah.
Galungan dipercaya sebagai hari ketika Ida Sang Hyang Widi Wasa beserta Dewata Pitara turun ke bumi untuk memberi kerahayuan (berkah) dan penyucian kepada umat-Nya.
Makna Kuningan sebagai Penutup Perayaan
Sepuluh hari setelah Galungan, umat kembali merayakan Hari Raya Kuningan.
Kuningan merupakan momen ketika para leluhur dan para dewa kembali ke Swarga (surga). Karena itu, umat Hindu melakukan persembahan khusus sebagai bentuk terima kasih, penghormatan, dan pelepasan sebelum mereka kembali ke alam suci.
Kumpulan Ucapan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2025 dalam Bahasa Bali dan Artinya
Untuk ikut merayakan momen suci ini, berikut kumpulan ucapan Galungan dan Kuningan 2025 yang bisa dibagikan kepada keluarga, sahabat, atau rekan kerja:
- Rahajeng Rahina Galungan. (Selamat Hari Raya Galungan.)
- Rahajeng Nyanggra Rahina Kuningan. (Selamat menyambut Hari Raya Kuningan.)
- Dumogi rahayu sareng sami. (Semoga damai dan bahagia selalu menyertai kita semua.)
- Rahajeng Galungan. Dumogi setata mebhakti ring Hyang Widhi. (Selamat Galungan. Semoga selalu berbakti kepada Tuhan.)
- Om Santih, Santih, Santih, Om. Rahajeng Galungan lan Kuningan. (Doa penutup, semoga selalu damai. Selamat Galungan dan Kuningan.)
- Nunas pangampura lahir batin. (Mohon maaf lahir dan batin.)
- Dumogi Ida Sang Hyang Widhi Wasa mapaica karahayuan. (Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan keselamatan/kedamaian.)
- Rahajeng Kuningan. Dumogi polih kerahajengan. (Selamat Kuningan. Semoga mendapatkan keselamatan.)
- Suksma Hyang Widhi, Rahajeng Galungan. (Terima kasih Tuhan, Selamat Galungan.)
- Suksmaning idep, Rahajeng Galungan lan Kuningan. (Dengan ketulusan hati, Selamat Galungan dan Kuningan.)
- Tityang ngaturang Rahajeng Galungan. (Saya mengucapkan Selamat Galungan.)
- Dumogi iraga setata eling ring Dharma. (Semoga kita selalu ingat akan kebaikan/Dharma.)
- Rahajeng Galungan, penjor ne sampun mejejeran. (Selamat Galungan, penjornya sudah berjejeran.)
- Ampurayang yening wenten iwang titiang. (Maafkan jika ada kesalahan saya.)
- Titiang mebakti ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa. (Saya berbakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.)
- Rahajeng Galungan lan Kuningan, dumogi shanti. (Selamat Galungan dan Kuningan, semoga damai.)
- Dumogi Ida ngicen kerahajengan. (Semoga Dia (Tuhan) memberikan keselamatan.)
- Rahajeng Galungan, bhakti ne setata lestari. (Selamat Galungan, pengabdiannya selalu lestari.)
- Tityang ngaturang puji syukur ring Ida. (Saya mengucapkan puji syukur kepada-Nya.)
- Dumogi sami polih karahajengan. (Semoga semua mendapatkan keselamatan.)
Dengan adanya rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan, umat Hindu diajak untuk memperkuat sradha, bhakti, dan penghayatan terhadap Dharma. Penjor yang berjejer, dupa yang mengepul, serta doa-doa yang dilantunkan menjadi simbol pengharapan akan harmoni, kedamaian, dan kemakmuran.