Meskipun RDK kaya mineral, perusahaan-perusahaan asal Tiongkok dilaporkan mengontrol 80% dari total produksi kobalt di negara Afrika bagian tengah ini.
Di samping kecelakaan tambang, wilayah timur Kongo yang kaya mineral selama puluhan tahun terus dicabik-cabik oleh kekerasan dari pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata, termasuk kelompok M23 yang didukung Rwanda.
Kebangkitan kelompok ini telah meningkatkan eskalasi konflik, memperburuk krisis kemanusiaan akut yang sudah terjadi.