Kritik terhadap Pemerintah Brasil dan Delegasi COP
Ketegangan semakin terasa karena pemerintah Brasil sebelumnya memberikan izin eksplorasi minyak baru di wilayah Amazon hanya beberapa hari sebelum konferensi dimulai. Banyak aktivis menilai langkah ini bertentangan dengan pernyataan Presiden Lula yang menjadikan COP30 sebagai momen penyelamatan ekosistem hutan terbesar di dunia.
Selain itu, data dari organisasi Kick Big Polluters Out menyebutkan lebih dari 1.600 perwakilan industri energi fosil hadir dalam konferensi ini. Kehadiran mereka memperkuat persepsi bahwa COP semakin dikuasai oleh kepentingan bisnis, bukan penyelamatan bumi.
Apa yang Sebenarnya Diharapkan Aktivis?
Aktivis serbu COP30 karena mereka ingin langkah konkret, bukan retorika panjang. Mereka menuntut transisi energi bersih, penghentian subsidi energi fosil, dan perlindungan wilayah indigenous. Selain itu, banyak kelompok menyerukan transparansi informasi untuk melawan disinformasi yang selama ini membuat publik ragu terhadap urgensi krisis iklim.
Kemudian, mereka ingin negara kaya membayar loss and damage bagi negara yang sudah terdampak bencana iklim. Banyak yang percaya bahwa keadilan iklim tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga moral dan tanggung jawab historis.
Akankah COP30 Menjadi Titik Balik?
Meski banyak negosiasi berlangsung hingga malam hari, kemajuan masih terasa lambat. Banyak pihak menilai konferensi ini membutuhkan keberanian politik, bukan sekadar paragraf kesepakatan. Jika COP30 gagal menghasilkan kebijakan transformatif, banyak pengamat khawatir dunia bergerak menuju titik krisis permanen.
Namun, gelombang protes ini memberikan tekanan moral dan simbolik yang kuat. Aktivis serbu COP30 bukan karena marah tanpa arah, tetapi karena mereka tahu waktu semakin habis. Dunia kini menunggu apakah suara mereka beresonansi atau tenggelam di balik pertemuan tertutup para delegasi.
Referensi
BBC News
Al Jazeera Climate Division
UNFCCC Report Archives
Reuters Climate Desk
Kick Big Polluters Out Coalition Report