finnews.id – Komite Kotamadya Jalur Gaza memperingatkan konsekuensi dari penumpukan 700.000 ton sampah di tempat pembuangan sampah sembarangan. Selama dua tahun perang Israel-Hamas, urusan sampah menjadi terlupakan.
Penumpukan terjadi karena kota-kota di Gaz tidak mampu menyediakan layanan esensial, bahkan yang paling minimal, akibat kekurangan bahan bakar dan peralatan yang parah.
Alaa Al-Batta, wakil ketua persatuan tersebut, mengatakan kepada Anadolu, bahwa kota-kota di Gaza menghadapi “persamaan yang mustahil” akibat kerusakan infrastruktur yang masif, kekurangan bahan bakar, dan kerusakan mesin serta peralatan selama genosida Israel terhadap warga Palestina.
“Faktor-faktor gabungan ini telah membuat kota-kota tidak mampu menyediakan layanan dasar bagi penduduk dan pengungsi, meskipun perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah berlalu sebulan, tanpa perbaikan yang nyata,” kata Al-Batta, Jumat, 14 Novmber 2025.
Gunungan Sampah Jadi Ancaman Kesehatan dan Lingkungan
Pejabat Palestina tersebut memperingatkan akan adanya bencana kesehatan dan lingkungan yang mengancam di tengah penumpukan sampah yang masif di seluruh Gaza.
Ia mengatakan, sekitar 700.000 ton sampah menumpuk di wilayah utara dan selatan Jalur Gaza, karena Israel menutup akses ke lokasi pembuangan sampah terpusat yang terletak di zona perbatasan yang dikuasainya berdasarkan gencatan senjata di sebelah timur “garis kuning”.
Ia mencatat bahwa penumpukan sampah juga menyebabkan penyebaran nyamuk dan hewan pengerat serta pencemaran air tanah.
Al-Batta menggambarkan kekurangan bahan bakar di Gaza, terutama bagi kota-kota, sebagai “krisis paling berbahaya dan mendesak” saat ini.
Menurutnya, kota-kota di Gaza terpaksa meminjam bahan bakar. Dan ketika tidak bisa, mereka harus mengurangi operasional harian karena tidak dapat mengoperasikan kendaraan dan fasilitas layanan.
Untuk itu, ia menyerukan tindakan segera dari Arab dan internasional untuk memasok bahan bakar yang dibutuhkan kota-kota untuk mempertahankan layanan penting.