Harga tiket masuk Ulen Sentanu Rp50.000 per orang include pemandu merupakan paket Tur Adhiluhung Mataram. Pemandu biasanya akan mendampingi kelompok kecil (sekitar 10-15 orang) selama kurang lebih 1,5 hingga 2 jam.
Museum ini buka setiap hari pukul 08.30 – 16.00 WIB, mulai Selasa hingga Minggu. Pada Senin, justru tutup karena dijadikan waktu untuk perawatan.
Pemandu muda yang menyambutku, dengan senyum ramah, langsung menyampaikan aturan emas.
“Di dalam museum ini, dilarang mengambil foto atau video,” pesan pemandu.
Pemandu melempar tersenyum dan memberikan larangan mutlak, tetapi ia menutupnya dengan kalimat yang indah. Intinya, ia ingin aku dan juga pengunjung lainnya dapat menikmati cerita dengan mata dan hati, bukan lensa kamera.
Ini sebuah filosofi yang membuat lorong bawah tanah Ullen Sentalu terasa begitu eksklusif. Instruksi ini, meskipun membatasi, ternyata memaksa semua pengunjung termasuk aku untuk sepenuhnya fokus.
Pertama aku memasuki labirin bawah tanah dan ruang rahasia. Ada lorong sempit yang arsitekturnya luar biasa harus dilewati.
Museum ini memang sebagian besar dibangun di bawah tanah dan diselubungi batuan karst Kaliurang. Dinding batu yang dingin dan lembab, menciptakan suasana labirin sekaligus bunker yang misterius.
Di ruangan awal, aku diperlihatkan silsilah besar bangsawan Mataram. Pemandu kemudian juga bercerita tentang sekilas kehidupan, cinta, dan pengorbanan keluarga kerajaan sebagai manusia yang tersembunyi di balik gelar kebesaran.
Kemudian aku berjalan menuju Guwa Sela Giri atau Gua di Bukit Batu.
Bagian ini menampilkan koleksi Batik Vorstenlanden (batik dari Keraton). Aku takjub saat pemandu menjelaskan bahwa warna gelap dan motif yang rumit pada kain-kain tersebut memiliki filosofi mendalam.
Ada motif parang yang indah. Motif ini hanya boleh dipakai oleh raja, melambangkan kekuasaan yang tak terputus seperti ombak lautan. Hanya selembar kain tetapi seperti naskah sejarah.
Salah satu ruang yang paling personal adalah Bilik Syair Tineke yang menceritakan kisah Ratu Mas Kanjeng Ratu Ayu Retno Satuti, yang akrab dipanggil Tineke. Beliau adalah istri utama atau Garwo Padmi dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dari Kasultanan Yogyakarta.