Home Catatan Dahlan Iskan Soedomo Bawazier  
Catatan Dahlan Iskan

Soedomo Bawazier  

Bagikan
Kholid Bawazier (kiri) bersama Soedomo (kanan depan).)--
Kholid Bawazier (kiri) bersama Soedomo (kanan depan).)--
Bagikan

Bawazier punya delapan anak. Salah satunya Kholid Bawazier. Seumuran dengan Soedomo.

Setelah sama-sama jadi pengusaha besar Soedomo dan Kholid Bawazier bikin kongsi: mendirikan pabrik Kapal Api Wazaran, di Jeddah ini.

Tentu saya juga kenal Kholid Bawazier. Kholid, anak ketiga pemilik toko sarung di Jalan Sasak, itu pengusaha Arab terbesar di Surabaya saat ini.

Kholid jadi pengusaha atas perintah ibunya. “Kamu tidak usah kuliah. Kasihan bapakmu. Sudah tua. Bantu usaha bapakmu,” begitu kurang lebih pesan sang ibu.

Kholid menurut. Kakak sulungnya jadi dokter: Razak Bawazier. Aktivis. Gila sepak bola –pengurus klub Asyabaab dan Persebaya. Juga pengurus Al Irsyad, perkumpulan warga keturunan Arab.

Kakak Kholid yang lain lulus teknik mesin ITS. Dua adik perempuannya semua dokter gigi. Pokoknya semua sarjana. Hanya Kholid yang tidak kuliah. Ia anak yang mau berkorban demi permintaan ibunya.

“Tidak menyesal kan?” tanya saya kepada Kholid.

“Sama sekali tidak,” jawabnya.

Tentu tidak menyesal. Kini Kholid jadi pengusaha besar. Pabrik Indomie di Arab Saudi adalah miliknya. Masih banyak lagi bisnis besar lainnya –akan saya tulis terpisah.

“Semua itu berkat restu ibu,” ujar Kholid.

Bagi Kapal Api, kerja samanya dengan keluarga Bawazier ini bukan sekadar membangun pabrik. “Ini sekaligus tonggak baru. Ini simbol bagi generasi ketiga Kapal Api,” ujar Christeven Mergonoto dalam pidatonya di Jeddah. ”Simbol mulai ada keberanian generasi ketiga untuk ambil risiko”.

Steven berusia 34 tahun. Anak Soedomo. Pendidikan Amerika. Bonek sejati. Suka main sepak bola. Selalu mengajak istri dan anak-anak kecilnya ke stadion saat Persebaya bertanding.

Generasi ketiga itu, kata Steven, tidak boleh jadi generasi penakut. “Ketika belum punya uang pun generasi kedua Kapal Api sudah berani ambil risiko melakukan modernisasi pabrik,” ujar Steven memuji orang tuanya di depan acara. “Generasi ketiga juga harus berani ambil risiko,” tambahnya.

Steven mengaku sudah membaca buku-buku tentang perusahaan keluarga. Generasi ketiga, di buku itu, disebut hanya akan membuat perusahaan yang dibesarkan oleh generasi kedua bangkrut.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Hemat Syarikah

Irfan memang tokoh NU. Sedang Wamen Dahnil Simanjuntak tokoh Muhammadiyah. Tentu banyak...

Catatan Dahlan Iskan

Angsa Hitam

Di tahun 2029 itu Donald Trump memang berhenti sebagai Presiden Amerika. Tapi...

Catatan Dahlan Iskan

Pasien Prabowo

Cara Prof Jimly berkomunikasi juga terlihat lebih ”dingin” –dinginnya es batu: keras....

Bupati Ponorogo ditangkap KPK
Catatan Dahlan Iskan

Meritokrasi Ponorogo

Harga jabatan itu seperti asap. Bisa dilihat, bisa dirasakan tapi tidak bisa...