finnews.id – Ciri-ciri orang kurang empatik sering kali muncul secara halus dalam interaksi sehari-hari di lingkungan kerja. Banyak orang tidak menyadari bahwa perilaku yang tampak kecil, seperti tidak memperhatikan rekan yang sedang kesulitan atau menyepelekan perasaan orang lain, dapat menunjukkan kekurangan empati. Padahal, kemampuan berempati berperan besar dalam membentuk hubungan profesional yang sehat dan suasana kerja yang kondusif. Tanpa empati, komunikasi menjadi kaku, kerja sama menurun, dan tim kehilangan rasa saling percaya.
Tanda Umum Orang yang Kurang Empatik
Salah satu ciri utama dari orang yang kurang empatik adalah sulit memahami perspektif orang lain. Mereka sering menilai situasi hanya dari sudut pandang pribadi tanpa mempertimbangkan perasaan atau konteks orang lain. Akibatnya, mereka cenderung memberikan respons yang terasa dingin atau bahkan menyakitkan. Dalam konteks kerja, perilaku seperti ini bisa terlihat saat seseorang tidak menghargai pendapat rekan, enggan mendengarkan masukan, atau sering memotong pembicaraan dalam rapat.
Selain itu, orang yang memiliki ciri-ciri orang kurang empatik sering menampilkan kecenderungan untuk mengutamakan ego dalam pengambilan keputusan. Misalnya, ketika proyek menghadapi kendala, mereka lebih fokus mencari pihak yang bisa disalahkan daripada mencari solusi bersama. Pola semacam ini menciptakan suasana kerja yang penuh tekanan karena rekan-rekan menjadi enggan berinteraksi secara terbuka. Di sinilah awal munculnya jarak emosional dalam tim.
Dampak Langsung terhadap Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang dihuni oleh individu kurang empatik biasanya cepat kehilangan semangat kolaborasi. Hubungan antarpegawai menjadi tegang karena komunikasi tidak berjalan dengan lancar. Saat seorang anggota tim tidak mau memahami beban atau keterbatasan rekan lain, maka kerja sama yang seharusnya saling mendukung berubah menjadi persaingan yang melelahkan. Dampak jangka panjangnya adalah turunnya produktivitas, meningkatnya stres, dan bertambahnya niat karyawan untuk pindah kerja.
Lebih jauh lagi, ketika ciri-ciri orang kurang empatik muncul pada posisi kepemimpinan, efek negatifnya jauh lebih besar. Seorang atasan yang tidak memiliki empati akan kesulitan memotivasi timnya. Karyawan menjadi takut mengemukakan ide, karena setiap kesalahan bisa dianggap sebagai kelemahan. Akibatnya, potensi inovasi menurun, dan perusahaan kehilangan kesempatan untuk berkembang. Dalam kondisi ini, budaya kerja yang sehat tidak mungkin tumbuh.