finnews.id – Sadisme psikologis merupakan kondisi yang cukup kompleks dan menarik untuk dipahami, terutama karena perilaku ini sering tersembunyi di balik interaksi sosial sehari-hari. Sadisme psikologis muncul ketika seseorang memperoleh kepuasan atau kesenangan dari melihat orang lain menderita, baik secara emosional maupun sosial.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada individu dengan gangguan kepribadian ekstrem, tetapi juga bisa muncul dalam konteks profesional, seperti di lingkungan kerja, ketika atasan atau rekan kerja sengaja menciptakan tekanan atau rasa takut untuk melihat reaksi bawahannya.
Sadisme psikologis seringkali sulit dikenali karena perilakunya bisa tersamar sebagai kritik keras atau tuntutan tinggi. Namun, perbedaannya terletak pada niat dan kepuasan yang dirasakan. Orang dengan kecenderungan sadisme psikologis cenderung menikmati penderitaan orang lain, bukan sekadar menginginkan hasil yang lebih baik atau disiplin yang tinggi.
Kepuasan ini bisa muncul sebagai rasa superioritas, pengendalian, atau sekadar hiburan dari ketidaknyamanan yang dialami oleh orang lain.
Tanda-Tanda Sadisme Psikologis di Lingkungan Kerja
Menyebabkan Stres Berlebihan secara Sengaja
Individu yang memiliki sadisme psikologis kerap menempatkan orang lain dalam situasi yang memicu stres atau cemas. Misalnya, atasan yang memberikan tenggat waktu yang tidak realistis, menuntut hasil yang mustahil, atau menyebarkan informasi yang menimbulkan ketakutan dan kebingungan.
Kritik dan Hukuman Berlebihan
Kritik yang bersifat membangun biasanya fokus pada perilaku atau hasil, bukan pada individu. Sebaliknya, perilaku sadisme psikologis terlihat ketika kritik disampaikan dengan cara yang merendahkan, mengejek, atau menakut-nakuti, sehingga membuat target merasa tertekan.
Menikmati Konflik dan Pertengkaran
Orang dengan sadisme psikologis sering memicu atau memperbesar konflik untuk melihat ketegangan yang muncul. Kepuasan yang diperoleh berasal dari reaksi emosional orang lain, baik berupa rasa takut, marah, atau sedih.