Catatan Dahlan Iskan

Asgar Underground

Bagikan
Dahlan Iskan bertamu ke rumah Burhanuddin Abdullah-FOTO HARIAN DISWAY-
Dahlan Iskan bertamu ke rumah Burhanuddin Abdullah-FOTO HARIAN DISWAY-
Bagikan

Sewaktu bekerja di BI, Burhanuddin rajin menulis artikel untuk media masa. Tulisan pertamanya dimuat di Harian Sinar Harapan. Ia masih ingat judulnya: Kredit di Masa Panen. Ia mengkritisi kebijakan pemerintah: mengapa memberi kredit di musim tanam. Akibatnya di masa panen harga jual gabah merosot. Petani tidak berdaya.

“Harusnya memberi kredit tani itu di masa panen. Agar petani kuat menahan hasil panennya yang lagi jatuh,” ujarnya. Petani bisa tunggu jual gabah saat harga sudah naik. Selisih harga itu bisa untuk biaya tanam dan mengembalikan kredit.

Begitu sering ia menulis di Kompas. Burhanuddin dipanggil pimpinan di BI. “Gara-gara tulisan Anda akan banyak pekerjaan yang harus dilakukan BI,” ujar pimpinan itu seperti ditirukan Burhanuddin.

Sejak itu ia berhenti menulis. Padahal honorarium sebulan menulis, saat itu, lebih besar dari gajinya bekerja di BI.

Tentu Burhanuddin tidak perlu menyesal. Kalau ia ngotot jadi penulis mungkin tidak bisa menjadi Gubernur Bank Indonesia.

Apalagi di masa tuanya sekarang, 84 tahun, menulis di media tidak lagi mendapat honorarium. Bahkan ada media yang justru mengenakan biaya. Penulis seperti harus sewa lapak untuk memajang tulisan.

Sampai sekarang Burhanuddin masih sering bertemu Prabowo. “Pekan lalu masih bertemu beliau,” katanya. Ia juga masih sering diundang untuk ikut sidang kabinet terbatas.

“Ikut sidang kabinet sebagai apa?”

“Tidak tahu,” jawabnya terkikih pelan.

Dari ngobrol dengan Burhanuddin ini saya baru tahu di mana logika ekonominya: bisa tumbuh 8 persen.

Semua ekonom meragukan target itu. Tidak realistis. Kan tidak mungkin lagi mendapat FDI (dana investasi langsung dari asing) dalam nilai yang diperlukan. Nilainya terlalu besar.

Pun kalau dari utang luar negeri. Kapasitas berutang kita ada batasnya. Gabungan FDI dan utang hanya akan membuat ekonomi tumbuh lima persen. Seperti selama ini.

Lalu yang tiga persen dari mana?

Ternyata ada sumber lainnya. Yang tidak dipikirkan para ekonom. Prabowo sudah memikirkannya. Sejak lama: “dari underground economy,” ujar Burhanuddin.

Bagikan
Artikel Terkait
Catatan Dahlan Iskan

Cium Kaki

Ikon lainnya adalah Argo Pantes –usaha di bidang tekstil. Terintegrasi. Mulai membuat...

Berfoto dengan para dokter dan perawat sebelum meninggalkan RS Persahabatan Beijing
Catatan Dahlan Iskan

Hati Robot

Dua minggu kemudian saya dapat kabar: hati Nisa yang tinggal separo sudah...

Catatan Dahlan Iskan

Hati Hitam

Kami pun ke kantor real estate di blok sebelahnya. Transaksi dilakukan. Saya...

Calon Wali Kota New York, Zohran Mamdani
Catatan Dahlan Iskan

Ahlan Zohran

Tujuan lain sistem itu: agar orang hebat yang tidak kaya tidak takut...