Catatan Dahlan Iskan

Hati Hitam

Bagikan
Bagikan

SAYA menunggu dokter di ruang Mas Olik dirawat. Sorenya saya harus meninggalkan Beijing. Ada yang harus saya bicarakan dengan dokter: wajah Mas Olik kian menghitam. Perutnya juga terus membesar. Napasnya terlihat sesak. Sedang transplant hatinya masih harus menunggu izin Konsil Kedokteran Pusat Tiongkok.

Ketika dokter tiba saya mengajaknyi bicara. Saya tidak perlu bicara bisik-bisik. Toh Mas Olik dan Nisa, istrinya, tidak paham yang saya bicarakan –dalam bahasa Mandarin.

Yang penting ketika bicara saya tidak boleh terlihat sedang prihatin. Wajah saya harus tetap biasa saja. Tidak boleh ada ekspresi sedih.

Padahal, dalam hati, saya sangat khawatir. Jangan sampai Mas Olik meninggal sebelum sempat dilakukan transplant. Saya minta dokter benar-benar memperhatikan tiga hal itu: wajah yang menghitam, perut yang membesar, dan napas yang tersengal.

Sambil bicara saya melirik Mas Olik dan Nisa. Mereka tampak memperhatikan pembicaraan kami. Saya tersenyum kecil kepada mereka –seolah ini pembicaraan biasa. Toh mereka tahu saya memang kenal baik dengan dokter yang cantiknyi 5i itu. Dia adalah ketua tim dokter saat dulu merawat saya di Tianjin.

Setelah dokter 5i keluar ruangan, saya berbohong kepada Mas Olik dan Nisa. “Tadi saya hanya pamit mau pulang dulu ke Indonesia. Lalu akan datang lagi kalau Mas Olik sudah dapat jadwal transplant,” kata saya.

Setelah itu dokter kembali ke ruang pasien –kali ini dengan ”pasukan” yang lengkap. Dokter melakukan pemeriksaan ke pasien. Pun dokter anggota tim. Juga para perawat. Ada yang mengontrol botol infus di gantungannya –lalu menambah satu botol lainnya. Ada yang memasang selang oksigen di lubang hidung Mas Olik.

Satu lagi yang harus selesai sebelum saya pulang: sewa apartemen. Janet bisa mencarikan. Tapi saya harus tahu lokasi dan kondisinya. Justin bisa membantu proses administrasinya. Juga membantu di mana bisa membeli perabotan apartemen.

Janet ternyata bisa mendapatkan apartemen persis di depan rumah sakit. Di seberang jalan. Hanya saja jalannya memang lebar sekali. Dua arah. Tidak masalah. Di dekat gerbang RS itu ada jembatan penyeberangan. Di situ ada lift. Tidak perlu naik tangga. Setelah menyeberang ada lift lagi untuk turun.

Bagikan
Artikel Terkait
Calon Wali Kota New York, Zohran Mamdani
Catatan Dahlan Iskan

Ahlan Zohran

PILWALI di New York tinggal beberapa jam lagi. Karena itu kisah lanjutan...

Isa bersama Janet (kanan) dan suami Janet--
Catatan Dahlan Iskan

Hati Separo

SURAT nikah pun didatangkan ke Beijing. Harus pula diterjemahkan ke dalam bahasa...

Transplantasi hati istri untuk suami di Beijing
Catatan Dahlan Iskan

Hati Nikah

Nama sang istri: Nisa. Lengkapnya: Khoirunnisak Rusli. Umurnyi hanya selisih satu tahun...

Saat pasien dan seluruh keluarga di bandara Juanda menjelang berangkat ke Beijing.--
Catatan Dahlan Iskan

Hati Istri

SAYA ingin seperti Robert Lai –tapi tidak bisa. Saya tidak bisa marah...