Anda sudah tahu: salah satu tugas albumin adalah menahan air agar tidak bocor ke jaringan. Agar tetap bersama darah. Agar airnya dikirim oleh darah ke ginjal. Dicuci di situ: air kotornya dikeluarkan menjadi air seni.
Dalam kasus seperti Mas Olik, air itu bocor ke mana-mana. Perut pun penuh air. Membesar. Lama-lama perut penderita sirosis akan sangat besar. Mengeras. Kalau diketuk berbunyi seperti tong.
Napas pun akan sangat sulit. Apalagi kalau bocoran air itu masuk ke paru-paru. Nafas tersengal-sengal. Lalu meninggal.
Saya agak provokatif kala itu: mumpung masih bisa naik kursi roda. Masih bisa dipapah saat masuk ke pesawat. Organ lain masih baik. Masih bisa mendukung kesembuhan lebih cepat.
Kalau terlambat akan sulit. Apalagi kalau air sudah masuk ke paru-paru. Lalu ke jantung. Lalu tidak bisa lagi dipapah. Harus digendong. Akan sangat berat.
Sang ayah percaya penuh pada penjelasan saya. Agak berlebihan. Modal kepercayaan itu lebih pada melihat kenyataan: saya pernah melakukannya. Berhasil. Hingga sekarang. Sudah 18 tahun. Sang ayah juga percaya penuh saya akan bisa mengatasi segala kesulitan yang akan muncul di T nanti.
Tentu saya tidak ceritakan kasus-kasus gagal transplant –terutama gagal akibat perawatan pasca transplant yang ceroboh.
Maka sang ayah, sang ibu, dan saudara sekandungnya tidak perlu ikut ke Beijing. Cukup mengantar sampai Juanda. Dengan full doa.
Tapi saya tanya Nisa: siapa yang diinginkan Mas Olik untuk ikut ke Beijing. Demi ketenangan jiwanya saja. Dan Nisa tahu persis perasaan sang suami. Maka kakak wanitanya harus ikut: Bu Lilik. Berarti suami Bu Lilik juga ikut: purnawirawan Nasruddin asal Lombok Tengah.
Lalu satu lagi yang harus ikut: Abror. Nama lengkapnya Roisul Abror. Sahabat terbaiknya. Soulmate Mas Olik. Ia seorang penghulu. Sibuk sekali. Sehari bisa menilahkan 14 pasangan.
Saya setujui. Itu saja. Kian banyak orang kian repot. Dan lagi tiap orang harus jelas fungsinya.
Saya sendiri mengajak Kang Sahidin. Sudah tahu Beijing. Juga cekatan. Bisa berurusan. Sudah ikut saya sejak sebelum jadi dirut PLN. Banyak ajudan menteri yang lain memanggilnya Kolonel Sahidin. Waktu diwawancarai Tina Talisa dari TV One saya disuruh mengaku. Live. Ganteng mana dengan Kang Sahidin.