finnews.id – Serangan beruang di Jepang kembali menciptakan ketakutan besar di berbagai wilayah. Dalam setahun terakhir, laporan serangan terhadap warga melonjak tajam hingga mencatat korban terbanyak sejak pencatatan dimulai dua dekade lalu. Pemerintah Jepang kini mengambil langkah drastis dengan merekrut pemburu berlisensi untuk mengendalikan populasi beruang yang kian agresif, terutama di pulau Hokkaido dan wilayah utara lainnya.
Langkah ini muncul setelah 12 orang meninggal akibat serangan beruang sepanjang tahun. Beberapa korban ditemukan di lingkungan rumah mereka, bahkan di area perkotaan yang biasanya aman. Peristiwa tragis ini menggambarkan bahwa masalah satwa liar tidak lagi terbatas di hutan, melainkan telah menembus perbatasan kehidupan manusia.
Pemerintah Turun Tangan Menghadapi Krisis
Untuk menekan jumlah serangan beruang di Jepang, kementerian lingkungan mengalokasikan dana khusus bagi pemerintah daerah agar dapat merekrut pemburu dan petugas lapangan. Mereka bertugas menangani beruang yang masuk ke pemukiman atau menyerang manusia. Selain itu, otoritas juga mempertimbangkan pelibatan polisi dalam penembakan beruang yang membahayakan warga.
Langkah cepat ini diambil karena situasi sudah tergolong darurat. Di beberapa wilayah seperti Akita, warga mulai hidup dalam kecemasan setiap kali keluar rumah. Bahkan, sejumlah sekolah dan supermarket melaporkan kemunculan beruang yang mencari makanan di tempat umum. Kondisi ini menandakan bahwa keseimbangan alam Jepang tengah terganggu secara serius.
Transisi dari situasi normal ke darurat terjadi begitu cepat. Pemerintah setempat mengakui bahwa tenaga pemburu berkurang tajam karena mayoritas berusia lanjut. Dengan menurunnya jumlah pemburu aktif, populasi beruang menjadi sulit dikendalikan. Akibatnya, serangan meningkat dan keselamatan warga semakin terancam.
Faktor Alam dan Iklim yang Berubah
Selain faktor manusia, perubahan iklim juga memperburuk situasi. Beech nuts, sumber makanan utama beruang, semakin langka karena suhu yang tidak menentu dan musim yang bergeser. Kondisi ini mendorong beruang keluar dari habitat aslinya dan masuk ke permukiman penduduk untuk mencari makanan.
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya populasi manusia di pedesaan Jepang. Banyak daerah pegunungan kehilangan penduduk karena urbanisasi. Akibatnya, wilayah-wilayah itu kini menjadi zona abu-abu yang mudah disusupi satwa liar tanpa pengawasan manusia. Situasi ini menciptakan ruang baru bagi beruang untuk berkembang biak tanpa kontrol alami.
Pemerintah daerah berusaha menyeimbangkan kebijakan konservasi dan keselamatan publik. Namun, prioritas utama tetap menjaga nyawa warga. Beberapa kebijakan baru memungkinkan warga mendapatkan izin senjata lebih cepat, agar bisa merespons ketika beruang memasuki area berpenduduk padat.
 
                                                                         
                                     
                             
                                 
				                
				             
						             
						             
						             
						             
 
			         
 
			         
 
			         
 
			         
                                                                                                             
				             
				            