finnews.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bekerja sama dalam penguatan budaya literasi melalui Festival Literasi dan Arsip 2025, di Yogyakarta, Selasa.
Kegiatan yang diselenggarakan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta ini sekaligus peresmian Muhammadiyah Corner pertama di perpustakaan publik yang menjadi pelengkap upaya kolaboratif guna mendekatkan literasi kepada masyarakat.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo yang hadir pada kegiatan tersebut menyebut penguatan literasi menjadi kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Indeks literasi kita cukup rendah karena kemauan dan kemampuan melemah. Banyak anak muda hanya membaca WhatsApp dan konten digital singkat, sehingga mudah tersesat oleh literasi picisan dan ilmu instan,” katanya.
Ia mengatakan bahwa kehadiran Muhammadiyah Corner menjadi tambahan modal literasi agar masyarakat memiliki rujukan bacaan yang kredibel.
“Hari ini kita ingin dorong masyarakat agar tidak hanya membaca pesan singkat, tetapi juga membaca literatur yang benar sehingga tidak mudah terpengaruh pengetahuan tanpa dasar,” katanya.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta Afia Rosdiana mengatakan bahwa festival ini menjadi wadah penguatan literasi sekaligus kesadaran pentingnya arsip sebagai memori kolektif bangsa.
“Festival ini bertujuan menumbuhkan semangat membaca dan menulis, serta meneguhkan kesadaran akan pentingnya arsip sebagai memori kolektif dan identitas Kota Yogyakarta,” katanya.
Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Darini menilai perpustakaan bukan hanya tempat menyimpan buku, tetapi juga agen perubahan dalam membangun tata kelola pemerintahan dan karakter generasi muda.
“Perpustakaan hari ini adalah agen perubahan. Literasi bukan hanya membaca, tetapi juga membentuk pola pikir kritis masyarakat agar menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter,” katanya.
Ia menegaskan DPRD Kota Yogyakarta akan terus mendorong penguatan program literasi, termasuk peningkatan anggaran agar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan mampu menjangkau fasilitas literasi di ruang-ruang publik hingga berbasis budaya lokal.