finnews.id – Di tengah keajaiban kelahiran, tak sedikit masyarakat Jawa yang masih memegang erat mitos-mitos turun-temurun, termasuk soal bayi yang lahir dengan tali pusar melilit leher.
Dalam budaya Jawa, fenomena ini bukan sekadar kondisi medis, melainkan diyakini sebagai pertanda besar, apakah sang bayi adalah reinkarnasi dari leluhur, atau justru tumbal untuk menyelamatkan garis keturunan.
Primbon Jawa menyimpan banyak makna mistis terkait kondisi kelahiran yang dianggap tidak biasa, salah satunya adalah tali pusar melilit leher, yang dalam beberapa cerita disebut sebagai “sabuk karma” atau “ikatan roh lama.”
Fenomena ini dianggap sebagai bentuk komunikasi dari alam gaib, apakah sang bayi membawa keberuntungan, peringatan, atau bahkan utusan dari masa lalu. Banyak pula yang mengaitkannya dengan anak indigo atau bayi yang membawa kemampuan spiritual sejak lahir.
Bukan hanya di Jawa, mitos ini juga ditemukan di berbagai daerah Indonesia, namun dalam Primbon Jawa, tanda seperti tali pusar melilit leher saat lahir sering dikaitkan dengan perjalanan ruh yang belum selesai.
Ada yang percaya bayi tersebut adalah reinkarnasi dari leluhur yang memiliki urusan yang belum tuntas, sementara lainnya menganggapnya sebagai pertanda bahwa si bayi memiliki “hutang karma”, sehingga kehidupannya akan dipenuhi ujian atau tugas spiritual tertentu.
Tumbal, Reinkarnasi, atau Anak Indigo?
Dalam kepercayaan Jawa kuno, tidak semua anak lahir sebagai “lembaran kosong”, ada yang dipercaya membawa memori masa lalu atau tugas dari dunia lain.
Anak yang lahir dengan ciri khusus seperti tali pusar melilit leher sering dianggap sebagai anak indigo, yaitu anak yang memiliki intuisi tajam, kepekaan spiritual tinggi, atau kemampuan melihat hal-hal gaib.
Namun pandangan ini tidak selalu positif. Dalam beberapa keluarga Jawa tradisional, bayi seperti ini dianggap sebagai “tumbal” atau penebus dosa keluarga.
Ia dipercaya akan mengalami cobaan berat dalam hidup, sebagai bagian dari proses penyeimbangan energi dalam garis keturunan. Bahkan, beberapa orang tua akan melakukan ritual khusus untuk “memutus karma” atau membebaskan anak dari beban leluhur.