Itu pun Karina tidak menjamin: apakah dengan 15 kali sudah bisa sembuh. Dalam hati dia sendiri ragu: pasien itu sudah dalam stadium empat.
“Ternyata ia mau. Berarti beliau punya uang,” kata Karina. “Belakangan saya tahu beliau seorang pengusaha,” tambahnyi.
Anda sudah tahu: sekali suntikan, cell muda-sehat yang dimasukkan tubuh umumnya berjumlah antara 70 juta sampai 150 juta cell. Tapi T-cell yang dimasukkan Karina ke tubuh pasien tersebut mencapai 1,2 miliar cell baru. Sekali suntik.
Cell baru itu diambil dari pasien sendiri. Dari darah atau lemak. Dari cell yang ada di darah / lemak itu dipilih beberapa cell jenis T-cell yang masih muda dan sehat. Lalu dibiakkan di lab milik Hayandra. Sampai menjadi di atas satu miliar cell. Waktu pembiayakannya sekitar 15 hari –lebih lama dari pembiakan stem cell biasa.
Karina memiliki teknologi pembiayakan yang sampai lebih satu miliar cell. Dia memang membeli paten itu dari Jepang. Lalu dia lakukan penyempurnaan.
Di samping ahli bedah plastik Karina juga ahli stem cell. Jurnal ilmiah di bidangnya sudah mencapai 36 karya. Itu baru yang tingkat Scopus. Belum lagi yang tingkat nasional.
Karina adalah dokter yang tetap jadi ilmuwan. Dia tidak berhenti sebagai dokter. Dia terus mendalami stem cell. Apalagi ibunyi sudah sembuh. Gelar doktornyi sudah selesai. Nilai gelar doktornyi sangat bagus.
Bahwa dia tidak cum laude itu hanya karena waktu penyelesaian doktornyi molor –demi ibundanyi yang harus berobat ke Jepang.
Bagaimana dengan pasien kanker paru yang sudah menjalar ke tulang itu? Bolehkah saya mendapat nomor kontaknya?
“Saya harus minta izin dulu ke pasien saya,” ujar Karina.
Sampai saya terbang ke Shanghai nomor kontak itu belum saya dapat. Tapi begitu saya tiba di Hangzhou Dr Karina WA saya.
“Tadi pagi pasien saya datang ke Hayandra,” ujar Karina.
“Masih pakai kursi roda?”
“Tidak lagi. Bahkan ia datang setir mobil sendiri,” ujar Karina.
“Sudah sembuh? Kok sudah bisa setir mobil?”
“Sudah sembuh. Bahkan ia bercerita baru saja dari Malang. Pakai mobil. Juga setir sendiri,” kata Karina mengutip kata-kata pasien itu. “Ia juga mengaku sudah main basket lagi,” tambah Karina.