finnews.id – Siulan sering dianggap sebagai aktivitas sederhana. Ketika sedang santai, bosan, atau ingin mengekspresikan perasaan, banyak orang tanpa sadar akan bersiul. Bagi sebagian orang, siulan adalah hiburan kecil, cara memanggil teman, atau sekadar menyalurkan kegembiraan.
Namun, budaya lokal di beberapa daerah, khususnya Jawa, menyimpan pandangan berbeda tentang hal ini. Ternyata, kebiasaan yang tampak sepele ini bisa memiliki makna yang lebih serius jika dilakukan di malam hari. Konon, “Siulan Malam Hari bisa Memanggil Setan,” sebuah mitos yang turun-temurun dipercaya dan masih sering diceritakan hingga kini.
Suara di Malam Hari: Ketika Keheningan Berbicara
Malam di desa atau daerah yang tenang memiliki suasana berbeda dari siang hari. Setiap suara, sekecil apapun, terdengar lebih nyaring dan jelas. Dalam kondisi hening, siulan yang tampaknya biasa bisa mengganggu ketenangan lingkungan. Hal inilah yang membuat masyarakat Jawa percaya bahwa siulan malam memiliki potensi memanggil makhluk gaib.
Selain itu, malam dianggap sebagai waktu yang lebih dekat dengan dunia gaib. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai budaya yang menekankan penghormatan terhadap waktu istirahat orang lain dan kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
Mitos yang Mengajarkan Kesopanan
Mitos “Siulan Malam Hari Bisa Memanggil Setan” bukan sekadar cerita menakutkan. Ada hikmah sosial yang bisa diambil yakni menghargai ketenangan malam adalah bentuk kesadaran sosial yang penting. Suara siulan yang terdengar sederhana bagi sebagian orang bisa mengganggu tidur mereka yang membutuhkan istirahat. Dengan kata lain, mitos ini adalah pengingat untuk menjaga sopan santun dan keharmonisan di lingkungan sekitar.
Siulan di Siang Hari vs Malam Hari
Jika siulan di malam hari dianggap mengundang makhluk halus, berbeda dengan siang hari. Suara di siang hari lebih mudah diterima karena kebisingan alami lingkungan menutupi suara tersebut. Bernyanyi, berbicara keras, atau bermain alat musik lebih wajar dilakukan saat siang, dibanding malam hari yang hening.