finnews.id – Pertandingan Juventus vs AC Milan selalu menghadirkan tensi tinggi dan strategi cermat dari kedua kubu. Kali ini, duel dua raksasa Serie A itu berakhir tanpa gol, namun tetap menyajikan pertarungan sengit dari awal hingga akhir. Sejak peluit pertama, kedua tim langsung tampil agresif, berusaha mematahkan pola permainan lawan sambil mencari celah untuk mencetak gol cepat.
Jalannya Pertandingan yang Penuh Tekanan
Sejak awal laga, Juventus berupaya menguasai tempo lewat penguasaan bola yang sedikit lebih dominan. Mereka mencatat 52 persen ball possession, sementara Milan tetap solid dengan 48 persen. Ritme permainan berjalan cepat karena kedua tim memilih menekan sejak area tengah. Juventus membangun serangan melalui kombinasi operan pendek yang rapi, sedangkan Milan lebih sering menggunakan umpan terobosan untuk memecah lini belakang.
Pada babak pertama, beberapa peluang emas muncul dari kedua pihak. Juventus sempat menciptakan tiga tembakan ke arah gawang, sementara Milan membalas dengan empat peluang berbahaya. Sayangnya, ketajaman penyelesaian akhir belum terlihat. Baik lini depan Juventus maupun Milan gagal mengubah peluang menjadi gol, meski pressing tinggi mereka sempat membuat lawan kewalahan.
Dominasi Juventus Tak Cukup Menjadi Pembeda
Meski Juventus sedikit unggul dalam penguasaan bola, efektivitas serangan mereka tidak jauh berbeda dari Milan. Juventus mencatat total 12 tembakan, hanya terpaut satu dari Milan yang melepaskan 13 percobaan. Namun, ketiga tembakan tepat sasaran dari Juventus tidak cukup untuk menembus pertahanan Milan yang tampil disiplin dan cepat menutup ruang.
Transisi Juventus cukup baik saat bertahan, terutama ketika kehilangan bola. Mereka segera melakukan pressing balik, memaksa Milan kehilangan ritme. Walau begitu, Juventus kerap kesulitan menembus blok rendah Milan yang rapat di sepertiga akhir lapangan. Situasi ini membuat mereka lebih banyak mengandalkan bola mati dan tendangan sudut—total enam kali sepanjang laga.
AC Milan Tetap Efisien dalam Tekanan
Di sisi lain, Milan bermain dengan pendekatan yang efisien dan tidak panik menghadapi tekanan. Mereka mengandalkan kecepatan sayap untuk menciptakan peluang, terutama dari sisi kiri yang sering menjadi titik kuat. Meski tak banyak menguasai bola, Milan menunjukkan koordinasi baik antar lini. Dengan akurasi operan mencapai 89 persen, mereka mampu menjaga ritme serangan tanpa kehilangan keseimbangan di belakang.
Selain itu, Milan menekan lewat permainan kombinatif cepat dan upaya menusuk ke kotak penalti. Namun, penyelesaian akhir tetap menjadi masalah. Empat tembakan tepat sasaran mereka dapat ditepis atau diblok dengan baik oleh lini pertahanan Juventus. Setiap kali Milan mencoba menyerang melalui tengah, Juventus segera menutup ruang dan memaksa bola bergerak ke sisi sayap.