Lomba ini diamati juga oleh Mario Agustian Lasut. Ia pemilik PT BRCC Perkasa Indonesia. Perusahaan itu ditunjuk sebagai perwakilan BRCC di Indonesia –Belt Road Cultural Centre yang berpusat di Guangzhou.
BRCC punya sayap di 26 negara –yang jadi anggota jaringan Belt Road Inisiatif yang didirikan Presiden Xi Jinping.
“Sampai hari ini kami sudah mengirim mahasiswa ke Tiongkok sebanyak 700 orang,” ujar Mario.
Mirip dengan yang dilakukan ITC Centre, Mario mendapatkan sumber beasiswa dari Tiongkok. Kalau ITC Centre langsung dari sembilan universitas di sana, BRCC Perkasa mendapat dukungan dana dari BRCC pusat.
“Dari 26 negara, yang terbanyak mengirim mahasiswa ke Tiongkok adalah dari Bangladesh. Lalu dari Pakistan, Nigeria, dan Brazil,” ujar Mario.
Mario punya ”dendam” pribadi. Ia selalu dapat beasiswa ke luar negeri tapi setiap kali pula gagal lulus. Waktu dapat beasiswa ke Seattle, Amerika, Mario hanya tiga bulan di sana. Harus pulang. Ayahnya sakit stroke dan jantung. Akhirnya Mario lulus dari Trisaksi, Jakarta.
Sampai hari ini masih terasa kontras: para santriwati berjilbab berdebat dalam bahasa Mandarin. Pun para santri laki-laki. Pakai sarung dan topi haji. Atau songkok. Berdebat dalam bahasa Arab sudah biasa. Kali ini debat dalam Mandarin.
Bisa dibayangkan sepuluh tahun lagi: mereka sudah akan bisa bertengkar pakai bahasa Mandarin. (DAHLAN ISKAN)