finnews.id – Sejak dulu, sebagian orang tua mewanti-wanti untuk tidak menyapu rumah pada malam hari. Keyakinan ini bukan sekadar aturan rumah tangga, tapi telah menjadi bagian dari tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. “Jangan menyapu malam-malam, nanti rezeki hilang,” begitu kata orang-orang tua. Bagi mereka, debu dan kotoran yang tersapu di malam hari dianggap sebagai rezeki yang harus dihormati dan dijaga.
Kepercayaan ini begitu kental, hingga banyak rumah di pedesaan maupun perkotaan memilih menunda menyapu hingga pagi hari. Meski terdengar sederhana, mitos tidak boleh menyapu malam hari ini memiliki akar budaya dan praktik yang cukup menarik untuk dibahas.
Asal-usul Mitos Menyapu Malam Hari
Kepercayaan terhadap larangan menyapu malam hari muncul dari kombinasi budaya dan praktik sehari-hari. Orang tua zaman dahulu memperhatikan bahwa membersihkan rumah di malam hari lebih berisiko. Tidak hanya karena penerangan minim, tetapi juga karena suara sapu bisa mengganggu tetangga yang sedang beristirahat.
Larangan ini pun berakar pada etika sosial. Menghormati ketenangan lingkungan sekitar dianggap lebih penting daripada menuntaskan kebersihan di waktu yang tidak tepat. Dari perspektif ini, larangan menyapu malam hari bukan semata-mata soal mistik, tapi juga soal sopan santun dan kenyamanan bersama.
Perspektif Budaya dan Energi Malam
Dalam budaya tertentu, malam dianggap sebagai waktu istirahat bagi energi tertentu. Membersihkan rumah di saat ini dipercaya bisa mengganggu keseimbangan energi, sehingga memunculkan kesialan atau ketidakberuntungan. Mitos ini kemudian diwariskan turun-temurun, sekaligus menanamkan nilai penghormatan terhadap waktu dan tradisi.
Logika dan Praktik Modern
Secara ilmiah, tidak ada bukti bahwa menyapu malam hari mengurangi rezeki atau mendatangkan sial. Namun, ada beberapa alasan praktis untuk tetap menghindarinya:
- Penerangan terbatas bisa membuat pekerjaan lebih sulit dan berisiko.
- Potensi tersapu benda berharga meningkat.
- Suara sapu bisa mengganggu ketenangan lingkungan sekitar.
Dengan kemajuan teknologi, penerangan rumah kini lebih memadai, sehingga risiko ini bisa diminimalisir. Meski begitu, menghormati kebiasaan lama tetap penting untuk menjaga harmoni sosial dan tradisi.