finnews.id – Di banyak daerah di Indonesia, kamu pasti sering mendengar larangan klasik ini: “Jangan main di luar pas magrib, nanti diculik roh halus!”
Kalimat itu seolah jadi aturan tak tertulis yang diwariskan dari generasi ke generasi, mitos diculik roh halus saat keluar magrib memang sudah melekat kuat dalam budaya masyarakat kita.
Biasanya, anak-anaklah yang paling sering diingatkan soal mitos ini, para orang tua akan buru-buru memanggil anak-anak mereka saat langit mulai gelap dan adzan magrib berkumandang.
Konon katanya, waktu magrib adalah saat para makhluk halus berkeliaran, dan siapa pun yang masih berkeliaran bisa “diambil” atau bahkan diculik roh halus, ngeri ya?
Tapi sebetulnya, dari mana asal mula mitos diculik roh halus saat keluar magrib ini? Apakah benar ada makhluk gaib yang sengaja menculik manusia saat senja tiba? Atau ini hanyalah cara orang tua zaman dulu untuk mendisiplinkan anak-anaknya?
Asal Usul Mitos: Antara Budaya dan Keyakinan
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, Sunda, Bali, dan berbagai suku lain di Indonesia, magrib dianggap sebagai waktu “rawan”, atau sering disebut juga “waktu peralihan”.
Konon, magrib adalah saat dunia manusia dan dunia gaib bersinggungan, oleh karena itu, dipercaya bahwa pada waktu ini roh halus lebih aktif, bahkan berkeliaran di antara manusia.
Beberapa orang percaya bahwa makhluk seperti kuntilanak, genderuwo, wewe gombel, hingga roh gentayangan lebih mudah menampakkan diri saat magrib.
Kisah-kisah horor seperti anak kecil tiba-tiba menghilang, kerasukan, atau menangis tanpa sebab sering kali dikaitkan dengan kepercayaan ini.
Namun, jangan langsung panik dulu, banyak ahli budaya dan psikolog berpendapat bahwa mitos ini lebih banyak berasal dari nilai-nilai edukatif dan norma sosial yang dibungkus dengan cerita mistis agar mudah diterima oleh anak-anak.
Coba kita lihat dari sisi lain, waktu magrib adalah waktu peralihan antara siang dan malam, di mana cahaya mulai meredup dan risiko anak-anak tersesat atau mengalami kecelakaan meningkat.